Langsung ke konten utama

Studi Kasus Tentang Kesadaran Membuang Sampah Pada Tempatnya



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
   Kebersihan merupakan sebagian dari iman. Itulah slogan yang sering kita dengar selama ini. Apalagi bagi sebagai santri tentu saja sudah tidak asing lagi dengan slogan tersebut. Maka dari itu kita harus selalu menjaga kebersihan dimanapun kita berada. Kebersihan juga penting bagi kesehatan kita, karena dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Demikian juga dengan lingkungan yang ada di pesantren kita, yang kita tempati untuk belajar.
     Lingkungan belajar yang efektif adalah lingkungan belajar yang produktif, di mana sebuah lingkungan belajar yang di desain atau dibangun untuk membantu pelajar/santri untuk meningkatkan produktifitas belajar mereka sehingga proses belajar mengajar tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini dapat digambarkan dengan kemudahan para pelajar dalam berfikir, berkreasi dan mampu secara aktif dikarenakan lingkungan belajar yang bersih dan sangat mendukung timbulnya ketertiban dan kenyamanan pada saat proses belajar mengajar berlangsung, berbeda halnya dengan lingkungan belajar yang kotor, tentunya akan menimbulkan kesan malas dan membosankan sehingga tidak muncul rasa semangat yang dengan sendirinya dapat mempengaruhi minat belajar siswa. dengan kata lain lingkungan yang bersih merupakan salah satu faktor timbulnya minat bagi seorang pelajar untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya.
     Kegiatan belajar mengajar juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Konsentrasi dari otak tidak terlepas dari lingkungan. Jika lingkungan bersih, maka dapat meningkatkan konsentrasi kerja otak sehingga konsentrasi berfikir lebih luas. Begitu juga sebaliknya, jika lingkungan kotor maka dapat menurunkan konsentrasi kerja otak sehingga konsentrasi berfikir akan menurun."Buanglah sampah pada tempatnya".
Slogan itu mungkin masih terngiang dipikiran kita sebagai seorang pelajar. Tetapi dimanapun slogan itu berada, terkadang dibeberapa sekolah masih saja ada sampah yang menemaninya disepanjang lorong maupun didalam kelas. Lalu, apakah kebersihan kelas itu penting? Mengapa kita harus menjaga kebersihan disekolah? Kedisiplinan dapat diartikan sebagai tingkat kepatuhan siswa terhadap peraturan disekolah, baik mengenai jadwal pelajaran maupun kebersihan. Jadwal piket merupakan salah satu peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati oleh para siswa disekolah. Karena itu, kita dapat menilai kedisiplinan seseorang melalui kebersihan kelas. Bila kelas bersih, itu berarti kedisiplinan petugas piket baik, sedangkan bila sebaliknya berarti kurang baik.
Menjaga kebersihan kelas itu sangatlah penting. Selain melatih kedisiplinan, menjaga kebersihan kelas harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit di sekolah seperti Demam Berdarah.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang kemudian akan dituangkan dalam karya tulis berjudul “STUDI KASUS TENTANG KESADARAN MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA DI TINGKAT SANTRI MU’ALLIMIEN PPI 04 CIANJUR”.

B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Penulis ingin mengetahui tentang kesadaran santri Muallimien kelas X dan Kelas XI, pada waktu jam istirahat setalah selesai makan, bekas makanan jarang sekali dibuang pada tempatnya.
2.      Penulis ingin mengetahui tentang kesadaran santri Mu’allimien kelas X dan Kelas XI, tentang kepedulian membuang sampah pada tempatnya khusunya pada saat jam istirahat setelah habis makanannya, bekas jajanannya jarang-jarang di buang pada tempatnya.
3.      Penulis ingin mengetahui penyebab ketidasadarannya bekas makanannya  dibuang bukan pada tempatnya.

C.      Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini meliputi berbagai dimensi antara lain:
a.       Adalah untuk mengetahui, mengkaji mengenai latar belakang tentang kesadaran santri Mu’allimien kelas X dan Kelas XI, pada waktu jam istirahat setalah selesai makan, dan bekas makanan jarang sekali dibuang pada tempatnya hal ini terjadi secara umum dilingkungan pesantren persatuan Islam 04 Cianjur.
b.      Untuk mengetahui dan mengkaji dalam pribadi santri Mu’allimien kelas X dan Kelas XI, tentang kesadaran, kepedulian, dan penyebab dalam membuang sampah pada tempatnya, khususnya pada waktu jam istirahat artinya bekas makanannya jarang-jarang dibuang pada tempatnya.
2.      Kegunaan penelitian
Dari hasil perencanaan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bagi para santri khususnya pada tingkat Muallimien kelas X dan XI tentang membuang sampah pada tempatnya.
a.       Kegunaan teoritis.
Dari perencanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kesadaran, kepedulian, terhadap pentingnya membuang sampah pada temapatnya.
b.      Kegunaan Praktis.
Dari perencanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran khusus bagi para santri pada tingkat Muallimien kelas X dan XI tentang membuang sampah pada tempatnya. Dan dari hasil kesadaran ataupun kepedulian tersebut, maka akan berdampak positif secara dilingkungan pesantren persatuan Islam 04 Cianjur.

D.      Kerangka Pemikiran
Sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam sumber ajaran tersebut, diterangkan bukan hanya aspek peristilahan yang digunakan, tetapi juga ditemukan bagaimana sesungguhnya ajaran Islam menyoroti kebersihan.  Maka perlu kajian tematik, sehingga ditemukan prinsip-prinsipnya dan bagaimana konsep kebersihan tersebut.
Sebagai ajaran yang lengkap yang memiliki unsur-unsur aqidah, syariah dan muamalah,sudah semestinya konsep itu ada, lebih-lebih bila dilihat dari aspek yang berkaitan dengan akhlak karimah.
Istilah yang digunakan sebagaimana disinggung Al-Qur’an dan Sunnah banyak menggunakan istilah-istilah yang berkaitan dengan kebersihan atau kesucian.  Dalam al-Qur’an ada istilah thaharah sebanyak 31 kata dan tazkiyah 59 kata.
Dalam al-Qur’an istilah nazhafah, sementara dalam hadist kata nazhafah dapat dilihat dalam riwayat, “al-Nazhafatu minal-Iman”. Dalam hadis istilah yang digunakan adalah istinja, istimar (ketika tidak ada air).
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah disebutkan,
تَنَظَّفُوْا بِكُلِّ مَا اِسْتَطَعْتُمْ فَاِنَ اللهَ تَعَالَي بَنَي الاِسْلاَمَ عَلَي النَظَافَةِ وَلَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلاَ كُلُّ نَظِيْفٍ
Artinya : “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah ta’ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih.” (HR Ath-Thabrani).
Hadits lain menyebutkan,
إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ , نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ , كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ , جَوَادٌ يُحِبُّ الْجُودَ , فَنَظِّفُوا أَفْنِيَتَكُمْ 
Artinya “Sesungguhnya Allah itu baik dan mencintai kebaikan, Bersih (suci) dan mencintai kebersihan, Mulia dan mencintai kemuliaan, bagus dan mencintai kebagusan, bersihkanlah rumahmu….” (H.R.Tirmidzi dari Saad).
Dalam implementasinya, istilah thaharah dan nazhafah ternyata kebersihan yang bersifat lahiriyah dan maknawiyah, sementara nazhafah atau fikihi istilah thaharah digunakan.
E.       Hipotesis
       Menurut Edi Purwito (2005:96) yang dimaksud dengan hipotesis adalah dilihat dari segi bahasa perkataan “hipotesis” berasal dari dua kata yaitu “hipo” yang berarti kurang dari (dibawah) dan “thesa” yang berarti pendapat atau teori yang kurang sempurna. Dalam pengertian ilmiah yang umum hipotesis adalah kesimpulan yang belum final atau kesimpulan sementara yang masih harus diuji kebenarannya, dalam penelitian ini, penulis bertitik tolak hipotesis adalah sebagai berikut:
a.         Adalah untuk mengetahui, mengkaji mengenai latar belakang tentang kesadaran santri Mualillien kelas X dan Kelas XI, pada waktu jam istirahat setalah selesai makan, dan bekas makanan jarang sekali dibuang pada tempatnya hal ini terjadi secara umum dilingkungan pesantren persatuan Islam 04 Cianjur.
b.         Untuk mengetahui dan mengkaji dalam pribadi santri Mualillien kelas X dan Kelas XI, tentang kesadaran, kepedulian, dan penyebab dalam membuang sampah pada tempatnya, khususnya pada waktu jam istirahat artinya bekas makanannya jarang-jarang dibuang pada tempatnya.

F.    Langkah-Langkah Penelitian.
Penulis mempersiapakan langkah-langkah penelitian, sebelum sampai pada pengolahan data dan pengujian hipotesis yang merupakan inti Bab III penulis mengemukakan  terlebih dahulu sebagai berikuti :
1.    Mempersiapkan instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah berupa instrumen diajukan kepada pembimbing untuk mendapat persetujuan dari pembimbing, kemudian diperbanyak untuk disebarluaskan kepada responden.
2.    Mempersiapkan surat izin penelitian merupakan syarat adiministeratif untuk membantu kelancaran peneliti, adapun langkahnya:
a.       Permohonan izin kepada tingkat Mudir Mualimin dan rencana penelitiannya adalah diluar jam KBM. Setelah itu ditujukan kepada responden.
b.      Penulis setelah sampai di responden menjelaskan tentang tujuan penelitian yang menyang.kut judul karya tulis, serta angket dalam mengisi angket karena penelitiannya secara tertutup.

G.   Teknik Pengumpulan Data
Untuk menunjang dalam teknik pengumpulan data, penulis menggunakan penelitiannya sebagai berikut:
a.     Observasi, yakni studi yang sisitemmatis secara langsung di lokasi tentang pristiwa yang sepontan  pada waktu terjadi, langkah-langkah ini digunakan dapat langsung mengamati obyek yang sedang dilakukan kegiatan untuk mempermudah dan memperoleh data yang diperlukan.
b.    Angket, dalam penelitian ini, penulis menggunakan bentuk angket tertutup artinya penulis mengajukan beberapa pertanyaan secara tertulis kepada seseorang (responden), dan responden cukup memilih satu dari jawaban yang telah disediakan penulis. Angket ini ditujukan kepada: Studi kasus tentang kesadaran membuang sampah pada tempatnya di tingkat Santri Mu’allimien PPI 04 Cianjur”
c.     Study Literatur, dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang secara teoritis dapat menunjang masalah yang sedang dibahas yaitu dengan membaca berbagai buku atau sumber lain yang berkaitan dengan masalah.

H.   Analisa Data.
Dalam menganalisa data, penulis menghubungkan data yang satu dengan yang lainnya kemudian dibuat kesimpulan dari kelompok data untuk pengujian hipotesis antara lain:
TABEL I
SUMBER POPULASI PENELITIAN
No
Kelas
Jumlah
Jenis kelamin
1
X-A
19 orang
L = 9, P = 10
2
X-B
20 orang
L = 8, P = 12

No
Kelas
Jumlah
Jenis kelamin
1
XI-A
23 orang
L = 8, P = 15
2
XI-B
26 orang
L = 12, P = 14



TABEL II
SAMPEL POPULASI PENELITIAN
No
Nama santri
Kelas
Jenis kelamin
1
Dini Andriyani
X-A
Perempuan
2
Andi Arya Pratama
X-A
Laki-laki
3
Nurul Hudayanti H
X-B
Perempuan
4
Riza Fauzi Azhari
X-B
Laki-lki
5
Bunga Arofah
XI-A
Perempuan
6
Seli Safitri
XI-A
Perempuan
7
Imam Muttaqin
XI-A
Laki-laki
8
Lukman Sanudin
XI-B
Laki-laki
9
Richard Alfaritsi
XI-B
Laki-laki
10
Levi Sri Intan M
XI-B
Perempuan

I.         Pengolahan Data
Langkah-langkah pengelolaan data adalah sebagai berikut:
1.      Memeriksa data
Setelah angket terkumpul dilakukan pemeriksaan kembali terhadap data tersebut dengan tujuan untuk menghadiri kesalahan dalam pengisian angket.
2.      Tabulasi data.
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengolahan data langkah-langkanya sebagai berikut:
a.       Membuat kolom-kolom tabel sesuai dengan kebutuhan
b.      Menghitung setiap prekwensi untuk setiap jawaban dari setiap sistem. Hal ini untuk melihat tanggapan dari seluruh responden terhadap optian  tersebut.
3.      Penafsiran data.
Penafsiran data yang diolah dari setiap sistem kolom tabel dilakukan  agar yang terkandung dari data yang telah di olah tersebut dapat difahami.
4.      Menganalisa Data.
Dalam menganalisa data, penulis menghubungkan data yang satu dengan yang lainnya, kemudian dibuat kesimpulan dari kelompok data untuk pengujian Hipotesis.
Dalam pengolahan data, penulis menggunakan perhitungan Prosentase (%) dari setiap Alternatif Jawaban dibagi dengan keseluruhan jumlah responden, kemudian dikalikan dengan 100, atau dengan rumus:
F  X 100 %
N
Keterangan:
F                     :  Frekwensi alternatif jawaban.
N                    :  Jumlah Keseluruhan responden.
100% :  Bilangan tetap
( Prof. Dr. Winarno Surakhmad M.sc. Ed. Dasar penelitian ilmiah dan Dasar Metoda teknik penelitian. 1992 :170).

J.    TEKNIK PENGOLAHAN DATA.
Dalam teknik pengolahan data ini penulis dalam pengambilan kesimpulan data hasil penelitian  maka dibuat suatu rentangan  nilai prosesntase sebagai pedoman penafsiran data, pengelompokan panfsiran nilai prosentase tersebut penulis menggunakan istilah yang ( Prof. Dr. Winarno Surakhmad M.sc. Ed. Dasar-dasar penelitian ilmiah dan Dasar Metoda teknik penelitian. 1992 : 248). Dan diklasifikasikan sebagai berikut :
1.           0%               ditafsirkan tidak ada
2.           1-24 %         ditafsirkan sebagain kecil.
3.           25-49 %       ditafsirkan hampir setengahnya.
4.           50%             ditafsirkan setengahnya
5.           51-74%        ditafsirkan sebagian besar.
6.           75-99%        ditafsirkan hampir seluruhnya.
7.           100%           ditafsirkan seluruhnya.







BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.      Kesadaran
a.      Pengertian Kesadaran
Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya , rakyat telah sadar akan politik.
Refleksi merupakan bentuk dari penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan oleh seorang merupakan refleksi tetang realitas dan manusia.
Kesadaran menurut Sartre bersifat intensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia. Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre en sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana kesadaran berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-bagi-dirinya). Bahwa kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan adanya perbedaan antara saya dan sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari ada jarak antara saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre pour soi menunjuk pada manusia atau kesadaran.
Manusia adalah eter pour soi sebab ia tidak persis menjadi satu dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas manusia dengan dirinya sendiri memungkinkan manusia untuk melampaui, untuk mengatasi dirinya dan menghubungkan benda-benda dengan dirinya sesuai dengan yang dimaksud dan tujuannya. Ketidak identikan manusia dengan dirinya sendiri tampak dalam kesadaran yang ditandai oleh regativitas, penidakan. Negativitas menunjukan bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatan it is not what it is. Maka kesadaran disini merupakan non identitas, jarak, distansi. Kegiatan hakiki kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain dari pada menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi Sartre merupakan kesadaran menindak, dan manusia sendiri merupakan kebebasan. Pada manusialah itu eksistensi itu mendahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan kemungkinan untuk mengatakan tidak. Selama manusia masih hidup ia bebas untuk mengatakan tidak, baru setelah kematian maka cirri-ciri hidupnya dapat dibeberkan. (Alex Lanur, Pengantar dalam “Kata-Kata”)
Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Secara epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia tahap perseptual. Sensasi tidak begitu saja disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia tidak mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui pengalaman indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak terdeferensiasikan. Kesadaran yang terdiskriminasi pada tingkatan persepsi. Persepsi merupakan sekelompok sensasi yang secara otomatis tersimpan dan diintegrasikan oleh otak dari suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persepsi inilah, manusia memahami fakta dan memahami realitas. Persepsi buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang tertentu (the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian komponen dari persepsi tidak langsung diperoleh manusia jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual.[1]

b.      Kesadaran Menurut Islam
Kesadaran diri dalam al-Qur’an mengandung pengertian menemukan jati diri dengan cara mendidik dan menghidupkan potensi-potensi fitrah dan internal yang terdapat pada wujud dirinya dan kemudian menjiwai (memahami dengan hati) hakikat-hakikat keberadaan dan nama-mana serta sifat-sifat Ilahi.
Kesadaran diri memiliki tingkatan dan cabang-cabang yang beragam seperti fitrah (bawaan), global (universal) dan irfani (sufistik) yang tingkatan sempurnanya itu adalah kesadaran diri irfani (sufistik) yang ia telah terkait dan menyatu dengan hubungan dan korelasi manusia dengan realitas serta kesejatian hakikinya yang tidak lain hal itu adalah khalifatullah.
Kesadaran diri dalam al-Qur’an mengandung pengertian menemukan jati diri dengan cara mendidik dan menghidupkan potensi-potensi fitrah dan internal yang ada pada wujud dirinya dan kemudian menjiwai (memahami dengan hati) hakikat-hakikat keberadaan dan nama-mana serta sifat-sifat Ilahi. Jadi, zat atau esensi dan substansi diri manusia terletak pada kesadaran akan jati dirinya karena kecintaan dan kerinduannya terhadap hal itu merupakan fitrah dirinya.
Dengan demikian, kesadaran diri memiliki tingkatan dan cabang-cabang yang beragam yang mana tingkatan sempurnanya itu adalah kesadaran diri irfani (sufistik) yang ia telah terkait dan menyatu dengan hubungan dan korelasi manusia dengan realitas serta kesejatian hakikinya yang tidak lain hal itu adalah khalifatullah.[2]

c.       Pentingnya Kesadaran Dalam Menjaga Lingkungan Hidup
1.        Pengaruh lingkungan hidup pada kehidupan manusia
Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi.
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau pemimpin Negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup disekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apapun usaha kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindak lanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.
2.        Pembangunan berwawasan lingkungan
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama “Pembangunan Berkelanjutan”. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil Konferensi tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Jeniro, Brazil tahun 1992. Di dalamnya terkandung dua gagasan penting, yaitu :
a.       Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup
b.      Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun cirri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut :
a.       Menjamin pemerataan dan keadilan
b.      Menghargai keanekaragaman hayati
c.       Menggunakan pendekatan integrative
d.      Menggunakan pandangan jangka panjang
Berdasarkan sifatnya, peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu konsultatif dan kemitraan. Pola partisipatif yang bersifat konsultatif ini biasanya dimanfaatkan oleh pengambilan kebijakan sebagai suatu strategi untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Dalam pendekatan yang bersifat konsultatif ini meskipun anggota masyarakat yang berkepentingan mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan hak untuk diberitahu, tetapi keputusan akhir tetap ada ditangan kelompok pembuat keputusan tersebut (pemrakarsa).
Sedangkan pendekatan partisipatif yang bersifat kemitraan lebih menghargai masyarakat lokal dengan memberikan kedudukan atau posisi yang sama dengan kelompok pengambil keputusan. Karen diposisikan sebagai mitra, kedua kelompok yang berbeda kepentingan tersebut membahas masalah, mencari alternative pemecahan masalah dan membuat keputusan secara bersama-sama.[3]
3.        Hidup sadar lingkungan : mulai dari diri sendiri
Beberapa tahun terakhir ini terjadi peningkatan kesadaran masyarakat dunia termasuk Indonesia akan penting kualitas lingkungan yang lebih baik. Kemudian istilah Green Living menjadi sangat popular, bahkan seperti sudah menjadi label dari suatu gaya hidup di negara-negara yang sudah maju, dimana masyarakatnya sudah sangat menyadari akan pentingnya lingkungan hidup yang sehat.
Hidup sadar lingkungan, bukanlah sebuah tren sesaat. Hidup ramah dengan lingkungan adalah bagian dari introspeksi diri. Seberapa banyak kita mengenal diri kita, bisa jadi terlihat dari seberapa banyak kita mengenal lingkungan kita. Mulailah dari hal terkecil, mengenali diri sendiri, mulai dari apa saja kebutuhan kita.
Misalnya, ketika musim hujan datang dan banjir menggenangi lingkungan warga pun kelimpungan. Banyak reaksi yang muncul dari dari masyarakat. Ada yang mengumpat, pejabat kota tidak becus, parit tumpat atau kontruksi drainase yang tidak beres. Pendek kata, kalau saat itu ada kambing warna hitam lewat, walau tidak ada relevansinya, pasti dituding sebagai biang keladi kebanjiran. Dari semua tudingan, tak satu pun menuding diri sendiri atau kesalahan yang datang dari lingkungan sendiri. Bagaimana perilaku mereka sehari-hari membuang sampah ke dalam parit atau saat membuat bangunan tempat usaha dengan cara menyemen permukaan parit, tidak pernah terlintas dalam pikiran.
Dengan demikian diharapkan kepedulian individu menjaga lingkungan semakin tinggi. Bila setiap individu peduli, otomatis menciptakan komunitas masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Di dalam bergotong-royong, bukan semangat individu yang bekerja. Tapi individu yang telah bersatu dengan suasana kebersamaan yang kental, sehingga timbullah suasana kesemarakan yang akrab penuh gembira tanpa paksaan dalam mewujudkan kepedulian terhadap pemeliharaan lingkungan.[4] 

B.       Kebersihan
a.      Pengertian Kebersihan
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga bererti bebas dari virus, bakteria patogen, dan bahan kimia berbahaya.
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak berbau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, gosok gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih.[5]

b.      Kebersihan Lingkungan
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan unsur yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan. Yang dimaksud dengan kebersihan lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan lainnya. Ini dapat dicapai dengan menciptakan suatu lingkungan yang bersih, indah dan nyaman.
Di agama Islam juga diajarkan mengenai kebersihan lingkungan mencangkup kebersihan makan, kebersihan minum, kebersihan rumah, kebersihan sumber air, pekarangan dan jalan. Ini semua sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yaitu kebersihan adalah sebagian dari pada iman.
Kebersihan akan lebih menjamin kebersihan seseorang dan menyehatkan. Kebersihan tidak sama dengan kemewahan, kebersihan adalah usaha manusia agar lingkungan tetep sehat terawat secara kontinyu. Bila sudah terbiasa menjaga kebersihan maka jika melihat tempat yang tidak bersih perlu segera kita bersihkan agar hilang dari pandangan mata. Semakin banyak kotoran yang dibiarkan menumpuk semakin tidak baik untuk dilihat yang lebih bahaya lagi akan mendatangkan berbagai penyakit atau wabah di sekitarnya.
Dalam hubungan ini umat beragama dan masyarakat sekitar mutlak diperlukan dalam menciptakan lingkungan masyarakat bersih dan sehat. Kondisi bersih sangat mendukung kenyamanan dan menarik, sebaliknya tempat yang kotor menjadikan kondisi suram dan menjengkelkan.
Renungkanlah sebuah hadits Rasulullah SAW yang maksudnya ” islam itu bersih maka hendaklah kamu suka membersihkan diri kamu, tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih.” (HR.Dailami)
Manfaat menjaga kebersihan lingkungan. Kita harus tahu tentang manfaat menjaga kebersihan lingkungan, karena menjaga kebersihan lingkungan sangatlah berguna untuk kita semua karena dapat menciptakan kehidupan yang aman, bersih, sejuk dan sehat.
Manfaat menjaga kebersihan lingkungan antara lain :
1.      Terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat
2.      Lingkungan menjadi lebih sejuk
3.      Bebas dari polusi udara
4.      Air menjadi lebih bersih dan aman untuk di minum
5.      Lebih tenang dalam menjalankan aktifitas sehari hari    
Masih banyak lagi manfaat menjaga kebersihan lingkungan, maka dari itu kita harus menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan mulai dari rumah kita sendiri misalnya rajin menyapu halaman rumah, rajin membersihkan selokan rumah kita, membuang sampah pada tempatnya, pokoknya masih banyak lagi. Lingkungan akan lebih baik jika semua orang sadar dan bertanggungjawab akan kebersihan lingkungan, karena hal itu harus ditanamkan sejak dini, di sekolah pun kita diajarkan untuk selalu hidup bersih.
Di agama islam pun kita di ajarkan untuk selalu hidup bersih, karena kebersihan adalah sebagaian dari iman.[6]

c.       Kebersihan Lingkungan Sekolah (Pesantren)
Jika kita memperdayakan diri untuk sama-sama menjaga kebersihan sekolah, maka kita telah melakukan pembiasaan dan menanamkan sikap cinta kebersihan. Kita dilatih untuk menjadi peka dan peduli dengan kebersihan lingkungan, walaupun ini akan mengganggu konsentrasi anak. Sebaliknya kalau kita memanfaatkan petugas kebersihan, memang lebih baik dan kebersihannya bisa terjamin dan anak tidak terganggu konsentrasinya, namun memakan biaya besar dan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendidik dan membiasakan anak untuk peduli terhadap kebersihan.
Menjaga kebersihan lingkungan dapat dimulai dari membersihkan sekolah kita tercinta. Apabila sekolah kita bersih maka orang lain pun tidak segan untuk mencontoh kebiasaan baik kita dalam membersihkan sekolah kita ini. Dan kita sebagai penghuni sekolah ini juga terkena dampak positifnya yaitu kegiatan belajar mengajar menjadi nyaman karena lingkungan sekolah kita bersih.
Sekolah sebagai lembaga untuk mendidik dan menanamkan budaya positif memiliki fungsi setrategis dalam mengubah  cara berfikir yang salah dari generasi ke generasi terhadap lingkungan hidup. Konsep sekolah hijau merupakan bagiam proses pendidikan lingkungan kepada siswa yang harus memahami pentingnya mencintai dan melestarikan lingkungan. Menanamkan kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat perlu dimulai sejak di usia sekolah. Lingkungan sekolah yang kondusif akan ikut mendorong terwujudnya pola hidup bermutu yang pada saat ini sangat diperlukan dalam meningkatkan daya saing bangsa dimata dunia sekaligus melestarikan kekayaan sumber daya alam hayati Indonesia.
Ada juga yang mengartikan Green School adalah konsep yang mengajak seluruh warga sekolah untuk membentuk gaya hidup agar lebih peduli dan melestarikan lingkungan. Disinilah, konsep sekolah hijau dalam menumbuhkan sikap peduli lingkungan melalui proses pembelajaran dan pembiasaan menjadi penting dan strategis. Di sekolah, proses pembelajaran mengarah pada upaya pembentukan perilaku siswa yang peduli lingkungan melalui model pembelajaran yang aplikatif dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Sementaraitu, lingkungan sekolah dijadikan wahana pembiasaan perilaku peduli lingkungan sehari-hari. Dengan demikian, kedua aspek tadi menuju pada satu tujuan yaitu internalisasi atau pembiasaan perilaku peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyusunan program sekolah hijau ini seharusnya dilakukan dengan mengaitkan seluruh program yang ada di sekolah serta mempertimbangankan faktor pendukung dan penghambat.  
Perwujudan sekolah hijau adalah sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk menhinternalisasikan nilai-nilai lingkungan dalam selruh aktivitas sekolah. Sekolah dengan visi, misi, tujuan dan kebijakan yang mengacu pada mutu sekolah, sangat berkepentingan mewujudkan pola hidup bermutu melalui program green school.
Sebenarnya tidak mudaklah mudah mewujudkan kesejatian sekolah hijau karena tidak sekedar lingkungan fisik bersih yang terlihat, namun lebih pada terbangun kesadaran lingkungan warga sekolah yang tercermin dalam perilaku keseharian sebagai tuntunan peningkatan mutu hidup.
Kita yakin, lewat keluarga dan sekolah akan mampu menjadi media yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai luhur cinta lingkungan. Orang dan guru merupakan dua figure yang sangat potensial untuk membangun karakter generasi hijau sebagai pewaris masa depan.
Sekolah hijau sangat diperlukan sekali untuk mengahadapi keseluruhan masalah-masalah yang ada baik dari segi lingkungan maupun dari segi pendidikan. Dengan sekolah yang berbasis lingkungan maka para peserta didik yang ikut dalam sistem pembelajarannya peka terhadap sesuatu yang ada disekitarnya juga tangga dalam dalam merespon segala bentuk alam yang ada didalam pandangannya. Dari aspek lingkungan sekolah hijau sangat bermanfaat sekali bagi perbaikan dalam polusi-polusi yang ada di dunia khususnya Indonesia. Karena dengan sekolah hijau dapat mengurangi emisi-emisi gas atan menambah serapan air juga bangunannya diliputi dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan karena pada hakikatya sekolah hijau dibuat dengan penyatuan antara alam dan pendidikan.[7]

C.      Sampah
a.      Pengertian Sampah
Yang dimaksud dengan sampah adalah zat-zat berbentuk padat yang sudah tidak berfungsi atau bahan yang tak berguna. Sebenarnya, zat-zat buangan itu bila kita rajin mengusahakan dapat dimanfaatkan kembali.[8]
Berdasarkan jenisnya, sampah dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut :
4.    Sampah anorganik/kering, yaitu sampah yang tidak terdegradasi secara alami. Contohnya : logam, besi, kaleng, plastic, karet, botol dan lain-lain yang tidak dapat mengalami pembusukan.
5.    Sampah Organik/basah, yaitu sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dan bangkai. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Contoh : sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah, atau sisa buah dan sampah yang dapat mengalami pembusukan secara alami.
6.    Sampah berbahaya yaitu jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Contoh : baterai, botol racun nyamuk, dan jarum suntik bekas.[9]
Berdasarkan sumbernya  sampah bisa dihasilkan dari kegiatan alam atau kegiatan manusia. Asal sampah digolongkan berdasarkan sampah yang dihasilkan, diantaranya sebagai berikut  :
1.    Sampah dari makhluk yang sudah mati, seperti dari binatang dan tumbuh-tumbuhan.
2.    Sampah rumah tangga, sampah rumah tangga dapat berupa :
·           sampah basah yang berasal dari dapur berupa sisa makanan, seperti sayur-sayuran, daun pisang bekas pembungkus dan kulit buah-buahan.
·           Sampah kering, diantaranya dari kertas dan dari bahan-bahan plastik
·           Barang-barang bekas, diantaranya kaleng, botol, pecahan gelas dan bekas pakaian.
3.    Sampah dari kompleks perumahan
4.    Sampah dari pasar
5.    Sampah dari kompleks industry
6.    Sampah dari kota
7.    Sampah dari pedesaan [10]

b.      Fenomena Sampah
Masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Sampah apabila tidak ditangani secara baik dan benar dari sumber sampah, maka akan menimbulkan masalah terhadap kesehatan, sosial, ekonomi dan keindahan.
Dewasa ini pertumbuhan penduduk khususnya di kota berjalan dengan pesat sekitar 36%, pada tahun 2020 diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 52% atau sebanyak 40 juta jiwa.
Pesatnya pertumbuhan penduduk di kota – kota besar di Indonesia selain membawa keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota – kota menjadi pusat kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa dampak terhadap meningkatnya biaya sosial, sehingga pada akhirnya kawasan perkotaan akan sampai pada tingkat skala disekonomi (kemunduran ekonomi). Hal ini merupakan akibat terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan hidup perkotaan berupa kebisingan, kemacetan lalu lintas, pencemaran air, udara dan tanah yang disebabkan oleh limbah industri dan rumah tangga.
Menurut perkiraan dari Badan Pusat Statistik (PBS) jumlah sampah pada tahun 2020 di 384 kota di Indonesia mencapai 80.235,87 ton tiap hari. Dari sampah yang dihasilkan tersebut diperkirakan sebesar 4,2% akan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sebanyak 37,6% dibakar, dibuang ke sungai sebesar 4,9% dan tidak tertangani sekitar 53,3%. Dari sekitar 53,3% sampah yang tidak ditangani dibuang dengan cara tidak saniter dan menurut perkiraan National Urban Development Srtategy (NUDS) tahun 2003 rata – rata volume sampah yang dihasilkan per orang sekitar 0,5 – 0,6 kg/hari.
Sebagai contoh Kota Medan merupakan kota inti di Sumatera Utara mempunyai beban volume sampah yang diproduksi penduduk sebesar 5.710 m3/hari. Dari produksi sampah tersebut yang mampu diangkut oleh Dinas Kebersihan kota Medan baru 68%, sedangkan 32% belum terangkut. Masalah utama sektor persampahan di kota Medan adalah masih banyaknya illegal dumping.
Sampah sebagai hasil buangan dari kegiatan produksi dan konsumsi manusia baik dalam bentuk padat, cair, maupun gas merupakan sumber pencemaran lingkungan hidup yang dapat menyebabkan disekonomi (kemerosotan ekonomi) kawasan perkotaan. Permasalahan dalam penanganan sampah terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi dengan kemampuan dalam pengelolaannya, volume sampah terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perubahan kualitas hidup dan dinamika kegiatan masyarakat. Sampah yang tidak dikelola inilah penyebab terjadinya gangguan kesehatan karena menjadi sarang penyakit, menjijikan dan menimbulkan bau yang tidak sedap, banjir, pencemaran tanah, air dan berkurangnya nilai kebersihan dan keindahan lingkungan.
Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, kurangnya tempat sebagai pembuangan sampah, sampah sebagai tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.
1.      Penyebab Sampah
Pembuangan sampah yang tidak diurus  dengan baik, akan mengakibatkan masalah besar. Karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran tanah yang juga akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian juga pembakaran sampah akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai akan mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir (Sicular 1989). Selain itu, Eksploitasi lingkungan adalah menjadi isu yang berkaitan dengan pengurusan terutama sekitar kota. Masalah sampah sudah saatnya dilihat dari konteks nasional. Kesukaran untuk mencari lokasi landfill sampah, perhatian terhadap lingkungan, dan kesehatan telah menjadi isu utama pengurusan negara dan sudah saatnya dilakukan pengurangan jumlah sampah, air sisa, serta peningkatan kegiatan dalam menangani sampah.
Pertumbuhan penduduk di kota kini semakin sulit terbendung. Berbagai masalah yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang memadati kota-kota besar. Salah satunya sampah. Semakin banyak penduduk, maka akan semakin banyak pula konsumsi akan suatu barang atau produk.
Konsumsi produk kebutuhan sehari-hari mau tidak mau menghasilkan sisa-sisa produk, yaitu sampah. Bukan hanya sampah alam dan sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik juga tidak tertangani dengan baik. Kapasitas sampah rumah tangga yang dihasilkan semakin meningkat, baik jumlah maupun ragamnya. Meski begitu, pengelolaan sampah selama ini masih belum memadai dan cara pengolahannya pun belum profesional. Mau tidak mau, hal ini menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Jika tidak dibarengi dengan fasilitas pengolahan sampah atau tempat pembuangan sampah yang memadai, maka akan menyebabkan penumpukan sampah di dalam kota, baik itu di pasar-pasar, pinggir jalan, dan sungai. Tentu saja hal itu akan menyebabkan masalah yang lebih besar lagi dari pada ahanya sekedar penumpukan sampah. Masalah yang akan dihadapi adalah wabah penyakit yang akan melanda karena sampah yang menumpuk akan mengakibatkan semakin pesat berkembangnya bakteri-bakteri penyebab penyakit. Dan lebih parah lagi yang akan terjadi jika sampah yang dibuang ke sungai itu menumpuk, akan mengakibatkan banjir akibat dari terhambatnya aliran sungai.
2.      Akibat yang ditimbulkan
Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih ditingkatkan. Namun seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampak negatif yang tidak sedikit.
-          Dampak terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
-          Dampak terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
-          Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
-          Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan
Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. Pembuangan sampah padat ke dalam air dapat menyebabakan banjir dan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dll.
[11]

c.       Penanggulangan Sampah
Permasalahan sampah sampai kapanpun tidak akan pernah berakhir, perlu adanya penanggulangan secara serius dari semua pihak dengan pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam
Praktek pengelolaan sampah berbeda-beda antara Negara maju dengan Negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Metode pengolahan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah sampah dan ketersediaan area.
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan :
1.        Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai
2.        Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup
Adapun cara pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.        Penimbunan Darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah, cara ini adala metode paling popular didunia.
2.        Metode Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk  digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang, diantaranya sebagai berikut :
-          Pengolahan kembali secara fisik
Cara ini adalah cara paling popular dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan untuk digunakan kembali.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minuman alumunium, kaleng baja makanan/minuman, botol kaca, botol plastic,  kertas karton, Koran, majalah dan kardus.
-          Pengolahan biologis
a.       Pengkomposan
Material sampah (organik), seperti zat tanaman, sisa makanan bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
b.      Pemulihan energi
Kandungan energy yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur ulang dengan cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator.

Adapun pengelolaan sampah selanjutnya yang perlu kita ketahui adalah dengan menggunakan prinsip 4R, yaitu :
1.        Reduce (mengurangi)
Sebisa mungkin lakukan mengurangi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2.         Re-Use (memakai kembali)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable ( sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
3.        Recycle ( mendaur ulang)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barabg bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industi non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

4.        Replace (mengganti)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebuh tahan lama. Juga telitilah agar kita memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya ganti kantong kresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoan karena bahan ini tidak bisa diuraikan secara alami.[12]

D.      Lingkungan
a.      Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah suatu perpaduan antara kondisi fisik yang mencakup sumber daya seperti tanah, air, energy surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh diatas tanah maupun di dalam lautan.[13]
Sedangkan menurut Banet, lingkungan adalah sejumlah rangsangan dari luar yang diterima sejak dari kandungan hingga meninggal, sementara menurut Sartain, yang dimaksud dengan lingkungan meliputi semua kondisi dalam dunia ini dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku seseorang, pertumbuhan, perkembangan atau life process manusia kecuali gen-gen, bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Secara tersirat Al-Qur’an menyebutkan adanya tiga jenis lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap sikap seseorang. Tiga jenis lingkungan itu adalah lingkungan alamiah, lingkungan cultural (eluarga dan masyarakat), dan lingkungan religious.[14]
Adapun berdasarkan UU no. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidu lainnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
-            Unsur hayati (biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kita berada di lingkungan halaman sekolah, maka lingkungan hayati nya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada didalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesame manusia.
-            Unsur sosial budaya
Unsur sosial budaya , yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.


-            Unsur Fisik ( abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan dibumi.[15]

b.      Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial.
Hurlock (1986 : 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa) baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku.[16]
Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Munib, 2005:76).
Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan (Tu’u, 2004:18). Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Syamsu Yusuf, 2001:54).
Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungan proses pendidikan. Jadi lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan  sikap dan pengembangan potensi siswa.
Menurut Slameto (2003:64) faktor-faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup :
-            Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar. Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik,maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
-            Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar.
-            Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut. Relasi guru dengan siswa baik,  membuat siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa dengan baik menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar.
-            Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah, akan berakibat terganggunya belajar. Siswa tersebut akan malas untuk sekolah dengan berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi demikian, siswa tersebut memerlukan bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
-            Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar.Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai sekolah dalam bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP dalam memberikan layanan.
Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa belajar lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan lain-lain.
-            Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran tersebut dipakai siswa untuk menerima bahan pelajaran dan dipakai guru waktu mengajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan  belajar-mengajar.
-            Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah. Waktu sekolah akan mempengaruhi belajar siswa. Memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Sekolah dipagi hari adalah adalah waktu yang paling tepat dimana pada saat itu pikiran masih segar dan kondisi jasmani masih baik.[17]

c.       Program Pendidikan Lingkungan Hidup
Salah satu upaya untuk memupuk rasa kesadaran akan lingkungan, maka diperlukan suatu pendidikan yang berbasis kepedulian terhadap lingkungan hidup itu sendiri. Dimana pendidikam lingkungan hidup bersebut merupakan upaya untuk mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan. Semua itu pada hakikatnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan generasi sekarang dan yang akan datang.
-       Pendidikan lingkungan hidup di sekolah
Pendidikan lingkungan hidup secara khusus memiliki lima tujuan penting agar kita sebagai siswa/santri sekaligus sebagai generasi muda mendapatkan pengetahuan dan manfaat :
a.       Kesadaran akan lingkungan hidup
Ini untuk membantu kita memperoleh sebuah kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan dan berbagai permasalahannya, membangun kemampuan untuk merasakan dan membedakan diantara stimulus, mengaplah, menyaring dan memperluas pandangan-pandangan dan menggunakan dalam berbagai keadaan.
b.       Pengetahuan mengenai lingkungan
Hal ini dimaksudkan membantu kita untuk memperoleh sebuah pengertian mendasar tentang bagaimana fungsi lingkungan, bagaimana berinteraksi dengan lingkungan, dan bagaimana timbulnya isu-isu dan masalah yang berkaitan dengan lingkungan dan bagaimana cara penyelesaiannya.
c.       Sikap terhadap lingkungan sekitar
Ini untuk membantu kita memperoleh seperangkat nilai dan perasaan-perasaan kepedulian, motivasi dan komitmen terhadap lingkungan.
d.      Keterampilan tentang permasalahan lingkungan hidup
Dalam hal ini membantu kita memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menyelidiki permasalahan lingkungan dan berkontribusi untuk pemecahan masalah tersebut.
e.       Adanya partisipasi untuk menjaga lingkungan hidup
Dimaksudkan untuk membantu siswa/antri memperoleh pengalaman dalam menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh dan keterampilan dalam pengambilan keputusan, tindakan-tindakan positif yang mengarah pada pemecahan isu-isu dan permasalahan lingkungan.
            Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan peranannnya dalam membentuk manusia yang memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan adalah suatu  keniscayaan, dalam pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) terdapat unsur pendidikan. Sementara pendidikan memeliki pengertian suatu proses yang dapat mengubah perilaku seseorang untuk lebih bersikap dan memiliki tata laku dan akhlak dan cerdas melalui upaya pengajaran dan latihan. Dalam keadaan ini, memiliki sikap dan tata laku yang berakhlak dan cerdas dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup dapat dikategorikan sebagai pendidikan karakter karena memiliki sasaran untuk membentuk individu yang memiliki pengetahuan, pemahaman, sikap, nilai, keterampilan dan tanggung jawab terhadap lingkungan.[18]









BAB III
LANDASAN EMPIRIS
 “Studi Kasus Tentang Kesadaran Membuang Sampah Pada Tempatnya Di Tingkat Santri Mu’allimien PPI 04 Cianjur”
A.      Kondisi Objektif Lokasi Penelitian
a.         Identitas
Pesantren Persatuan Islam 04 Cianjur terletak di Jalan DR. Muwardi no.171 C
b.        Visi dan Misi
·      Visi
Terwujudnya peserta didik Tafaqquh fiddien (memahami, mendalami, dan ta’at menjalankan syariat islam (Q.S At-Taubah : 122)
·      Misi
a)        Memberi pemahaman kepada peserta didik mengenai nash-nash Al-qur’an dan As-sunnah
b)        Membina aqidah dan akhlak peserta didik
c)        Mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik
d)       Melatih keterampilan peserta didik melalui kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler

B.       Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menghubungkan data yang satu dengan data yang lainnya, kemudian di buat kesimpulan, dari kelompok data untuk pengujian hipotesis.
Dalam pengolahan data, penulis menggunakan perhitungan persentase (%) dari setiap Alternatif  jawaban dibagi dengan  keseluruhan jumlah responden kemudian dikalikan dengan 100% atau dengan rumus :
F  x 100%
N
Keterangan :
F               : Frekuensi setiap Alternatif
N              : Jumlah keseluruhan hasil responden
100%        : Bilangan tetap
C.      Analisis Data Pengujian Dan Hipotesis
a.    Analisis data hasil angket
Sebagaimana penulis kemukakan langkah-langkah penelitian dan pengumpulan data yaitu sebagai berikut :
Yang menjadi sampel penelitian adalah Masyarakat, adapun dalam menganalisa data dari angket dapat dilihat dari persentase yaitu :
0%               ditafsirkan tidak ada
1-24 %         ditafsirkan sebagain kecil.
25-49 %       ditafsirkan hampir setengahnya.
50%             ditafsirkan setengahnya
51-74%        ditafsirkan sebagian besar.
75-99%        ditafsirkan hampir seluruhnya.
100%           ditafsirkan seluruhnya.

Selanjutnya penulis lampirkan tabel hasil pengolahan angket dari responden sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
TABEL III
No. 1 Bagaimana Menurut Saudara/I tentang keadaan lingkungan Mua’llimien kita ?
NO.
Alternatif  Jawaban
F
%
1.
a.       Bersih dari sampah
b.      Banyak sampah
c.       Biasa-biasa saja                                 
d.      Tidak tahu
0
5
5
0
0
50
50
0
Jumlah
10
100
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa tidak ada (0%) responden yang menyatakan bersih dari sampah tentang keadaan lingkungan Mu’allimien, setengah (50%) responden menyatakan banyak sampah tentang keadaan lingkungan Mu’allimien, setengah (50%) responden menyatakan biasa-biasa saja tentang keadaan Mu’allimien dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak tahu tentang keadaan lingkungan Mu’allimien.
Dengan demikian ditafsirkan setengahnya (50%) responden menyatakan banyak sampah di lingkungan mu’allimien.
TABEL IV
No. 2 Apakah menurut Saudara/i kebersihan di lingkungan Mu’allimien itu penting ?
NO.
Alternatif  Jawaban
F
%
2.
a.       Sangat penting
b.      Biasa saja
c.       Penting sekali
d.      Tidak penting
9
0
1
0
90
0
10
0
                                              Jumlah
10
100
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa hampir seluruhnya (90%) responden yang menyatakan sangat penting kebersihan di ligkungan Mu’allimien itu penting, tidak ada (0%) responden menyatakan biasa saja kebersihan di lingkungan Mu’allimien itu penting, sebagian kecil (10%) responden menyatakan penting sekali kebersihan di lingkungan Mu’allimien itu penting, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak penting kebersihan dil lingkungan Mu’allimien itu penting.
Dengan demikian ditafsirkan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan sangat penting kebersihan di lingkungan mu’allimien.
TABEL V
No. 3 Apakah setiap guru suka mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan ?
NO.
Alternatif  Jawaban
F
%
3.
a.       Selalu mengingatkan
b.      Tidak pernah mengingatkan
c.       Pernah mengingatkan
d.      Tidak tahu
4
0
6
0
40
0
60
0
Jumlah
10
100
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa hampir setengahnya (40%) responden yang menyatakan guru selalu mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan, tidak ada (0%) responden menyatakan guru tidak pernah mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan, sebagian besar (60%) responden menyatakan guru pernah mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak tahu guru suka mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan.
Dengan demikian ditafsirkan sebagian besar (60%) responden menyatakan guru pernah mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan.
TABEL VI
No. 4 Bagaimana seandainya saudara/I belajar dengan keadaan lingkungan bersih ?
NO.
Alternatif  Jawaban
F
%
4.
a.       Sangat nyaman sekali
b.      Biasa saja
c.       Nyaman
d.      Tidak nyaman
9
0
1
0
90
0
10
0
Jumlah
10
100
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa hampir seluruhnya (90%) responden yang menyatakan sangat nyaman sekali belajar dengan keadaan lingkungan bersih, tidak ada (0%) responden menyatakan biasa saja belajar dengan keadaan lingkungan bersih, sebagian sebagian kecil (10%) responden menyatakan nyaman belajar dengan keadaan lingkungan bersih, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak nyaman belajar dengan keadaan lingkungan bersih.
Dengan demikian ditafsirkan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan sangat nyaman sekali belajar dengan keadaan lingkungan bersih.
TABEL VII
No. 5 Apabila saudara/i melihat teman sedang membuang sampah bukan pada tempatnya, bagaimana seikap saudara/i melihat seperti itu ?
NO.
Alternatif  Jawaban
F
%
5.
a.       Menegurnya
b.      Membantunya
c.       Membiarkannya
d.      Tidak tahu
9
1
0
0
90
10
0
0
Jumlah
10
100
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa hampir seluruhnya (90%) responden yang menyatakan menegur teman yang membuang sampah bukan pada tempatnya, sebagian kecil (10%) responden menyatakan membantu teman yang membuang sampah bukan pada tempatnya, tidak ada (0%) responden menyatakan membiarkan teman yang sedang membuang sampah bukan pada tempatnya, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak tahu sikap jika melihat teman yang membuang sampah bukan pada tempatnya.
Dengan demikian ditafsirkan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan akan menegur jika melihat teman yang membuang sampah bukan pada tempatnya.
TABEL VIII
No. 6 Bagaimana sikap saudara/i jika melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah ?
NO.
Alternatif  Jawaban
F
%
6.
a.        Membiarkannya
b.      Menyuruh teman yang piket
c.       Langsung membersihkannya
d.      Tidak tahu
0
4
5
1
0
40
50
10
Jumlah
10
100
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa tidak ada (0%) responden yang menyatakan membiarkan sampah berserakan di lingkungan sekolah, hamper setengahnya (40%) responden menyatakan akan menyuruh teman yang piket jika melihat sampag berserakan di lingkungan sekolah, setengahnya (50%) responden menyatakan akan langsung membersihkannya jika melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan sikap tidak tahu jika melihat sampah berserakan dilingkungan sekolah .
Dengan demikian ditafsirkan setengahnya (50%) responden menyatakan akan langsung membersihkannya jika melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah.
TABEL IX
No. 7 Apakah saudara/i ingin melihat dan merasakan sekolah kita bersih ?
NO.
Alternatif  Jawaban
F
%
7.
a.        Sangat ingin sekali
b.      Biasa saja
c.       Ingin sekali
d.      Tidak tahu
3
3
4
0
30
30
40
0
Jumlah
10
100
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa hampir setengahnya (30%) responden yang menyatakan sangat ingin sekali melihat dan merasakan sekolah kita bersih, hampir setengahnya (30%) responden menyatakan biasa saja keinginan melihat dan merasakan sekolah kita bersih, hampir setengahnya (40%) responden menyatakan ingin sekali melihat  dan merasakan sekolah kita bersih, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak tahu keinginan melihat dan merasakan sekolah kita bersih.
Dengan demikian ditafsirkan hampir setengahnya (40%) responden menyatakan  ingin sekali melihat dan merasakan sekolah kita bersih.
TABEL X
No. 8 Apakah saudara/i sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari Iman ?
NO.
Alternatif  Jawaban
F
%
8.
a.       Sadar
b.      Biasa saja
c.       Kadang-kadang
d.      Tidak sadar
9
0
1
0
90
0
10
0
Jumlah
10
100
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa hampir seluruhnya (90%) responden yang menyatakan  sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari iman, tidak ada (0%) responden menyatakan biasa saja kedasarannya bahwa kebersihan itu sebagian dari Iman, sebagian kecil (10%) responden menyatakan kadang-kadang sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari Iman, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari Iman.
Dengan demikian ditafsirkan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari Iman
TABEL XI.
No. 9 Kegiatan apa yang sering di lakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah ?
NO.
Alternatif  Jawaban
F
%
9.
a.       Piket bersama
b.      Diam saja
c.       Piket masing-masing kelas
d.      Tidak pernah
7
0
3
0
70
0
30
10
Jumlah
10
100
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa sebagian besar (70%) responden yang menyatakan piket bersama kegiatan yang sering dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah, tidak ada (0%) responden menyatakan diam saja kegiatan yang sering dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah, hampir setengahnya (30%) responden menyatakan piket masing-masing kelas kegiatan yang sering dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak pernah mengadakan kegiatan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
Dengan demikian ditafsirkan sebagian besar (70%) responden menyatakan piket bersama adalah kegiatan yang sering dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
TABEL XII
No. 10 Menurut pendapat saudara/i, apakah para guru suka menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien ?
NO.
Alternatif  Jawaban
F
%
10.
a.       Sering
b.      Selalu
c.       Kadang-kadang
d.      Tidak pernah
1
3
6
0
   10
30
60
0
Jumlah
10
100
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa sebagian kecil (10%) responden yang menyatakan para guru sering menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien, hampir setengahnya (30%) responden menyatakan para guru selalu menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien, sebagian besar (60%) responden menyatakan para guru kadang-kadang menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan para guru tidak pernah menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien.
Dengan demikian ditafsirkan sebagian besar (60%) responden menyatakan pendapatnya para guru kadang-kadang menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien.
TABEL XIII
Hasil Pengolahan Data
No.
Tabel
Hasil Pengolahan Data
1
III
Hasil pengolahan data tabel III menunjukan setengahnya (50%) responden menyatakan banyak sampah di lingkungan mu’allimien.
2
VI
Hasil pengolahan data tabel VI menunjukan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan sangat penting kebersihan di lingkungan mu’allimien.
3
V
Hasil pengolahan data tabel V menunjukan sebagian besar (60%) responden menyatakan guru pernah mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan.
4
VI
Hasil pengolahan data tabel VI menunjukan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan sangat nyaman sekali belajar dengan keadaan lingkungan bersih.
5
VII
Hasil pengolahan data tabel VII menunjukan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan akan menegur jika melihat teman yang membuang sampah bukan pada tempatnya
6
VIII
Hasil pengolahan data tabel VIII bahwa setengahnya (50%) responden menyatakan akan langsung membersihkannya jika melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah.
7
IX
Hasil pengolahan data tabel IX  hampir setengahnya (40%) responden menyatakan  ingin sekali melihat dan merasakan sekolah kita bersih.
8
X
Hasil pengolahan data tabel X hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari Iman
9
XI
Hasil pengolahan data tabel XI sebagian besar (70%) responden menyatakan piket bersama adalah kegiatan yang sering dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
10
XII
Hasil pengolahan data tabel XII sebagian besar (60%) responden menyatakan pendapatnya bahwa para guru kadang-kadang menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien.

Dengan demikian Hipotesis yang berbunyi “      Hipotesis tersebut telah teruji serta terbukti kebenaranya.

D.   Analisa data dan pengujian Hipotesis
a.    Analisa data
            Sebagaimana penulis kemukakan langkah-langkah penelitian dan pengumpulan data yaitu sebagai berikut :
Yang menjadi sampel penelitian yaitu : Santri-santri Mu’allimien Pesantren Persatuan Islam 04 Cianjur kelas X & XI.
Berdasarkan pengolahan data diatas, ternyata  santri-santri Mu’allimien Pesantren Persatuan Islam 04 Cianjur kelas X & XI mempunyai kesadaran yang tinggi tentang pentingnya kebersihan di lingkungan Mu’allimien. Namun seperti kontradiktif dengan hasil jawaban no. 1 yang setengah respondennya menyatakan bahwa di lingkungan Mu’allimien masih banyak sampah. Jadi dapat disimpulkan kesadaran mereka hanya sebatas pemahaman, belum mencapai ke perilaku (kelakuan) dengan hasil jawaban no.6 yang setengahnya menyatakan akan langsung membersihkan jika melihat sampah berserakan dan masih ada yang bergantung pada teman yang piket.

b.    Pengujian Hipotesis
Setelah pegumpulan data dari responden dengan memberikan penafsiran sementara analisa data, maka sampailah kepada buah Hipotesis yaitu sebagai berikut :

E.       Pembahasan hasil penelitian
Data yang di peroleh tentang

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN

B.     SARAN-SARAN

















DAFTAR PUSTAKA
-            www.islamquest.net/id/archive/question/fa14340
-            Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan Hidup, Angkasa, Bandung, 2013
-            id.wikipedia.org/wiki/Kebersihan
-            sintadayatri.wordpress.com/.../arti-dan-manfaat-kebersihan-lingkungan/
-            Saefuddin, Sampah & Penggulangannya, Titian Ilmu, Bandung, 2013
-            E. Derwanti, Sampah Jadi Uang, Saka Mitra Kompetensi
-            biosbarti.wordpress.com/2013/03/24/masalah-sampah/
-            Dr. Nurwadjah Ahmad E.Q, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Marja, Bandung, 2010
-            Aminudin, Menjaga Lingkungan Hidup Dengan Kearifan Lokal, Titian Ilmu, Bandung, 2013
-            Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, Rosda, Bandung



[1] id.wikipedia.org/wiki/Kesadaran
[2] www.islamquest.net/id/archive/question/fa14340
[3] Aminudin, Menjaga Lingkungan Hidup dengan Kearifan Lokal, Titian Ilmu, Bandung, 2013, hal 1-5
[4] Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan Hidup, Angkasa, Bandung,2013 hal 13-15
[5] id.wikipedia.org/wiki/Kebersihan

[6] sintadayatri.wordpress.com/.../arti-dan-manfaat-kebersihan-lingkungan/
[7] Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan, Angkasa, Bandung, 2013, hal 60-64
[8] Saefuddin, Sampah & Penggulangannya, Titian Ilmu, Bandung, 2013, hal 2
[9] E. Derwanti, Sampah Jadi Uang, Saka Mitra Kompetensi, hal 1
[10] Saefuddin, Sampah & Penggulangannya, Titian Ilmu, Bandung, 2013, hal 9-17
[11]biosbarti.wordpress.com/2013/03/24/masalah-sampah/

[12] Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan hidup, Angkasa, Bandung, 2013 hal 49-54
[13] Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan, Angkasa, Bandung, 2013, hal 2
[14] Dr. Nurwadjah Ahmad E.Q, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Marja, Bandung, 2010, hal 128
[15] Aminudin, Menjaga Lingkungan Hidup dengan Kearifan Lokal, Titian Ilmu, Bandung, 2013, hal 2-3
[16][16] Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, Rosda, Bandung , Hal 54
[17] www.sarjanaku.com/.../pengertian-lingkungan-sekolah-faktor.html

[18] Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan Hidup, Angkasa, Bandung, 2013, hal 3-4

Komentar

  1. Las Vegas Sands Casino - Shootercasino.com
    Las Vegas Sands Casino is a unique casino and resort offering the most 더킹카지노 authentic gaming and entertainment experience in Vegas. 카지노 This 샌즈카지노 casino is open daily

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takhrij Dan Syarah Hadits (Perumpamaan Petunjuk Dan Ilmu Yang Diriwayatkan Oleh Imam Bukhari)

 DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I : MUQADDIMAH 1.1   Latar Belakang Masalah 1.2   Dasar Pemikiran 1.3   Pengertian Judul 1.4   Rumusan Masalah 1.5   Tujuan Pembahasan 1.6   Metode Pembahasan 1.7   Sistematika Pembahasan 1.8   Langkah-langkah Penulisan BAB II : TAKHRIJ DAN SYARAH HADITS TENTANG PERUMPAMAAN PETUNJUK DAN ILMU 2.1 Takhrij Hadits 2.1.1 Pengertian, Metode dan Manfaat Takhrij Hadits 2.1.2 Hadits tentang Perumpamaan Petunjuk dan Ilmu 2.1.3 Isi Hadits 2.1.4 Gambaran Sanad 2.1.5 Keterangan Gambar 2.1.6 Hadits Penguat 2.1.7 Profil Perawi 2.2 Syarah Hadits 2.2.1 Pengertian, Hukum dan Ketentuan Umum Syarah Hadits 2.2.2 Mufrodat 2.2.3 Syarah Ijmali 2.2.3.1 Petunjuk 2.2.3.2 Ilmu 2.2.3.3 BAB III : KHATIMAH 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran SINOPSIS حلاصه MARAJI’ (DAFTAR PUSTAKA) BIOGRAFI PENULIS BAB I MUQADDIMAH Segala puji bagi Allah Swt yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa ajaran yang benar bagi manusia.