BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kebersihan merupakan sebagian dari iman. Itulah slogan yang
sering kita dengar selama ini. Apalagi bagi sebagai santri tentu saja sudah
tidak asing lagi dengan slogan tersebut. Maka dari itu kita harus selalu menjaga
kebersihan dimanapun kita berada. Kebersihan juga penting bagi kesehatan kita,
karena dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Demikian juga dengan
lingkungan yang ada di pesantren kita, yang kita tempati untuk belajar.
Lingkungan belajar yang efektif adalah
lingkungan belajar yang produktif, di mana sebuah lingkungan belajar yang di desain
atau dibangun untuk membantu pelajar/santri untuk meningkatkan produktifitas
belajar mereka sehingga proses belajar mengajar tercapai sesuai dengan yang
diinginkan. Hal ini dapat digambarkan dengan kemudahan para pelajar dalam
berfikir, berkreasi dan mampu secara aktif dikarenakan lingkungan belajar yang
bersih dan sangat mendukung timbulnya ketertiban dan kenyamanan pada saat
proses belajar mengajar berlangsung, berbeda halnya dengan lingkungan belajar
yang kotor, tentunya akan menimbulkan kesan malas dan membosankan sehingga
tidak muncul rasa semangat yang dengan sendirinya dapat mempengaruhi minat
belajar siswa. dengan kata lain lingkungan yang bersih merupakan salah satu
faktor timbulnya minat bagi seorang pelajar untuk mengembangkan segala potensi
yang ada dalam dirinya.
Kegiatan belajar mengajar juga dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar. Konsentrasi dari otak tidak terlepas dari lingkungan. Jika lingkungan
bersih, maka dapat meningkatkan konsentrasi kerja otak sehingga konsentrasi
berfikir lebih luas. Begitu juga sebaliknya, jika lingkungan kotor maka dapat
menurunkan konsentrasi kerja otak sehingga konsentrasi berfikir akan menurun."Buanglah
sampah pada tempatnya".
Slogan itu mungkin masih terngiang
dipikiran kita sebagai seorang pelajar. Tetapi dimanapun slogan itu berada,
terkadang dibeberapa sekolah masih saja ada sampah yang menemaninya disepanjang
lorong maupun didalam kelas. Lalu, apakah kebersihan kelas itu penting? Mengapa
kita harus menjaga kebersihan disekolah? Kedisiplinan dapat
diartikan sebagai tingkat kepatuhan siswa terhadap peraturan disekolah, baik
mengenai jadwal pelajaran maupun kebersihan. Jadwal piket merupakan salah satu
peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati oleh para siswa disekolah. Karena
itu, kita dapat menilai kedisiplinan seseorang melalui kebersihan kelas. Bila
kelas bersih, itu berarti kedisiplinan petugas piket baik, sedangkan bila
sebaliknya berarti kurang baik.
Menjaga
kebersihan kelas itu sangatlah penting. Selain melatih kedisiplinan, menjaga
kebersihan kelas harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit di sekolah
seperti Demam Berdarah.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka mendorong
penulis untuk
mengadakan
penelitian yang kemudian akan dituangkan dalam karya tulis berjudul “STUDI KASUS TENTANG KESADARAN
MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA DI TINGKAT SANTRI MU’ALLIMIEN PPI 04 CIANJUR”.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Penulis ingin mengetahui tentang
kesadaran santri Mu’allimien kelas X dan Kelas XI, pada waktu jam
istirahat setalah selesai makan, bekas makanan jarang sekali dibuang pada
tempatnya.
2.
Penulis ingin mengetahui tentang kesadaran
santri Mu’allimien kelas X dan Kelas XI, tentang kepedulian membuang sampah
pada tempatnya khusunya pada saat jam istirahat setelah habis makanannya, bekas
jajanannya jarang-jarang di buang pada tempatnya.
3.
Penulis ingin mengetahui penyebab
ketidasadarannya bekas makanannya
dibuang bukan pada tempatnya.
C.
Tujuan dan
Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini meliputi berbagai dimensi antara lain:
a.
Adalah untuk mengetahui, mengkaji
mengenai latar belakang tentang kesadaran santri Mu’allimien kelas X dan Kelas
XI, pada waktu jam istirahat setalah selesai makan, dan bekas makanan jarang
sekali dibuang pada tempatnya hal ini terjadi secara umum dilingkungan pesantren
persatuan Islam 04 Cianjur.
b.
Untuk mengetahui dan mengkaji dalam
pribadi santri Mu’allimien kelas X dan Kelas XI, tentang kesadaran, kepedulian,
dan penyebab dalam membuang sampah pada tempatnya, khususnya pada waktu jam
istirahat artinya bekas makanannya jarang-jarang dibuang pada tempatnya.
2.
Kegunaan penelitian
Dari hasil perencanaan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik
bagi para santri khususnya pada tingkat Mu’allimien kelas X dan XI tentang membuang sampah pada
tempatnya.
a.
Kegunaan teoritis.
Dari perencanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
kesadaran, kepedulian, terhadap pentingnya membuang sampah pada temapatnya.
b.
Kegunaan Praktis.
Dari perencanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran
khusus bagi para santri pada tingkat Mu’allimien kelas X dan XI tentang membuang sampah pada
tempatnya. Dan dari hasil kesadaran ataupun kepedulian tersebut, maka akan
berdampak positif secara
dilingkungan pesantren persatuan Islam 04 Cianjur.
D.
Kerangka Pemikiran
Sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam
sumber ajaran tersebut, diterangkan bukan hanya aspek peristilahan yang
digunakan, tetapi juga ditemukan bagaimana sesungguhnya ajaran Islam menyoroti
kebersihan. Maka perlu kajian tematik, sehingga ditemukan
prinsip-prinsipnya dan bagaimana konsep kebersihan tersebut.
Sebagai ajaran yang lengkap yang memiliki unsur-unsur
aqidah, syariah dan muamalah,sudah semestinya konsep itu ada, lebih-lebih bila
dilihat dari aspek yang berkaitan dengan akhlak karimah.
Istilah yang digunakan sebagaimana disinggung Al-Qur’an dan
Sunnah banyak menggunakan istilah-istilah yang berkaitan dengan kebersihan atau
kesucian. Dalam al-Qur’an ada istilah thaharah sebanyak 31 kata
dan tazkiyah 59 kata.
Dalam al-Qur’an istilah nazhafah, sementara dalam
hadist kata nazhafah dapat dilihat dalam riwayat, “al-Nazhafatu
minal-Iman”. Dalam hadis istilah yang digunakan adalah istinja, istimar
(ketika tidak ada air).
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah disebutkan,
تَنَظَّفُوْا
بِكُلِّ مَا اِسْتَطَعْتُمْ فَاِنَ اللهَ تَعَالَي بَنَي الاِسْلاَمَ عَلَي
النَظَافَةِ وَلَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلاَ كُلُّ نَظِيْفٍ
Artinya : “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu.
Sesungguhnya Allah ta’ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak
akan masuk surga kecuali setiap yang bersih.” (HR Ath-Thabrani).
Hadits lain menyebutkan,
إِنَّ اللَّهَ
طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ , نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ , كَرِيمٌ يُحِبُّ
الْكَرَمَ , جَوَادٌ يُحِبُّ الْجُودَ , فَنَظِّفُوا أَفْنِيَتَكُمْ
Artinya “Sesungguhnya Allah itu baik dan mencintai kebaikan,
Bersih (suci) dan mencintai kebersihan, Mulia dan mencintai kemuliaan, bagus
dan mencintai kebagusan, bersihkanlah rumahmu….” (H.R.Tirmidzi dari Saad).
Dalam implementasinya, istilah thaharah dan nazhafah
ternyata kebersihan yang bersifat lahiriyah dan maknawiyah, sementara
nazhafah atau fikihi istilah thaharah digunakan.
E.
Hipotesis
Menurut Edi Purwito (2005:96) yang
dimaksud dengan hipotesis adalah dilihat dari segi bahasa perkataan “hipotesis”
berasal dari dua kata yaitu “hipo” yang berarti kurang dari (dibawah) dan
“thesa” yang berarti pendapat atau teori yang kurang sempurna. Dalam
pengertian ilmiah yang umum hipotesis adalah kesimpulan yang belum final atau
kesimpulan sementara yang masih harus diuji kebenarannya, dalam penelitian ini,
penulis bertitik tolak hipotesis adalah sebagai berikut:
a.
Adalah untuk mengetahui, mengkaji
mengenai latar belakang tentang kesadaran santri Mualillien kelas X dan Kelas
XI, pada waktu jam istirahat setalah selesai makan, dan bekas makanan jarang
sekali dibuang pada tempatnya hal ini terjadi secara umum dilingkungan
pesantren persatuan Islam 04 Cianjur.
b.
Untuk mengetahui dan mengkaji dalam pribadi
santri Mualillien kelas X dan Kelas XI, tentang kesadaran, kepedulian, dan
penyebab dalam membuang sampah pada tempatnya, khususnya pada waktu jam
istirahat artinya bekas makanannya jarang-jarang dibuang pada tempatnya.
F. Langkah-Langkah Penelitian.
Penulis
mempersiapakan langkah-langkah penelitian, sebelum sampai pada pengolahan data
dan pengujian hipotesis yang merupakan inti Bab III penulis mengemukakan terlebih dahulu sebagai berikuti :
1. Mempersiapkan instrumen yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah berupa instrumen diajukan kepada pembimbing untuk
mendapat persetujuan dari pembimbing,
kemudian diperbanyak untuk disebarluaskan kepada responden.
2. Mempersiapkan surat izin penelitian
merupakan syarat adiministeratif untuk membantu kelancaran peneliti, adapun
langkahnya:
a. Permohonan izin kepada tingkat Mudir Mualimin dan rencana penelitiannya adalah
diluar jam KBM. Setelah itu ditujukan kepada
responden.
b. Penulis setelah sampai di responden
menjelaskan tentang tujuan penelitian yang menyang.kut judul karya tulis, serta
angket dalam mengisi angket karena penelitiannya secara tertutup.
G. Teknik
Pengumpulan Data
Untuk
menunjang dalam teknik pengumpulan data, penulis menggunakan penelitiannya
sebagai berikut:
a. Observasi,
yakni studi yang sisitemmatis secara langsung di lokasi tentang pristiwa yang
sepontan pada waktu terjadi,
langkah-langkah ini digunakan dapat langsung mengamati obyek yang sedang
dilakukan kegiatan untuk mempermudah dan memperoleh data yang diperlukan.
b.
Angket, dalam
penelitian ini, penulis menggunakan bentuk angket tertutup artinya penulis
mengajukan beberapa pertanyaan secara tertulis kepada seseorang (responden),
dan responden cukup memilih satu dari jawaban yang telah disediakan penulis.
Angket ini ditujukan kepada: Studi
kasus tentang kesadaran membuang sampah pada tempatnya di tingkat Santri
Mu’allimien PPI 04 Cianjur”
c.
Study Literatur, dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang
secara teoritis dapat menunjang masalah yang sedang dibahas yaitu dengan
membaca berbagai buku atau sumber lain yang berkaitan dengan masalah.
H. Analisa
Data.
Dalam menganalisa data, penulis menghubungkan data
yang satu dengan yang lainnya kemudian dibuat kesimpulan dari kelompok data
untuk pengujian hipotesis antara lain:
TABEL I
SUMBER POPULASI PENELITIAN
No
|
Kelas
|
Jumlah
|
Jenis kelamin
|
1
|
X-A
|
19 orang
|
L = 9, P = 10
|
2
|
X-B
|
20 orang
|
L = 8, P = 12
|
No
|
Kelas
|
Jumlah
|
Jenis kelamin
|
1
|
XI-A
|
23 orang
|
L = 8, P = 15
|
2
|
XI-B
|
26 orang
|
L = 12, P = 14
|
TABEL II
SAMPEL POPULASI PENELITIAN
No
|
Nama
santri
|
Kelas
|
Jenis kelamin
|
1
|
Dini Andriyani
|
X-A
|
Perempuan
|
2
|
Andi Arya Pratama
|
X-A
|
Laki-laki
|
3
|
Nurul Hudayanti H
|
X-B
|
Perempuan
|
4
|
Riza Fauzi Azhari
|
X-B
|
Laki-lki
|
5
|
Bunga Arofah
|
XI-A
|
Perempuan
|
6
|
Seli Safitri
|
XI-A
|
Perempuan
|
7
|
Imam Muttaqin
|
XI-A
|
Laki-laki
|
8
|
Lukman Sanudin
|
XI-B
|
Laki-laki
|
9
|
Richard Alfaritsi
|
XI-B
|
Laki-laki
|
10
|
Levi Sri Intan M
|
XI-B
|
Perempuan
|
I.
Pengolahan Data
Langkah-langkah pengelolaan data
adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa data
Setelah angket terkumpul dilakukan pemeriksaan
kembali terhadap data tersebut dengan tujuan untuk menghadiri kesalahan dalam
pengisian angket.
2. Tabulasi data.
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam
pengolahan data langkah-langkanya sebagai berikut:
a. Membuat kolom-kolom tabel sesuai dengan
kebutuhan
b. Menghitung setiap prekwensi untuk setiap
jawaban dari setiap sistem. Hal ini untuk melihat tanggapan dari seluruh
responden terhadap optian tersebut.
3. Penafsiran data.
Penafsiran data yang diolah dari
setiap sistem kolom tabel dilakukan agar
yang terkandung dari data yang telah di olah tersebut dapat difahami.
4. Menganalisa Data.
Dalam menganalisa data, penulis
menghubungkan data yang satu dengan yang lainnya, kemudian dibuat kesimpulan
dari kelompok data untuk pengujian Hipotesis.
Dalam pengolahan data, penulis
menggunakan perhitungan Prosentase (%) dari setiap Alternatif Jawaban dibagi
dengan keseluruhan jumlah responden, kemudian dikalikan dengan 100, atau dengan
rumus:
F
X 100 %
N
Keterangan:
F : Frekwensi alternatif jawaban.
N : Jumlah Keseluruhan responden.
100% : Bilangan tetap
( Prof. Dr. Winarno Surakhmad M.sc.
Ed. Dasar penelitian ilmiah dan Dasar
Metoda teknik penelitian. 1992 :170).
J.
TEKNIK PENGOLAHAN DATA.
Dalam teknik pengolahan data ini
penulis dalam pengambilan kesimpulan data hasil penelitian maka dibuat suatu rentangan nilai prosesntase sebagai pedoman penafsiran
data, pengelompokan panfsiran nilai prosentase tersebut penulis menggunakan
istilah yang ( Prof. Dr. Winarno Surakhmad M.sc. Ed. Dasar-dasar penelitian ilmiah dan Dasar Metoda teknik penelitian.
1992 : 248). Dan diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
0%
ditafsirkan tidak ada
2.
1-24
% ditafsirkan sebagain kecil.
3.
25-49
% ditafsirkan hampir setengahnya.
4.
50% ditafsirkan setengahnya
5.
51-74% ditafsirkan sebagian besar.
6.
75-99% ditafsirkan hampir seluruhnya.
7.
100% ditafsirkan seluruhnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kesadaran
a. Pengertian
Kesadaran
Kesadaran
adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada
keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari
pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya ,
rakyat telah sadar akan politik.
Refleksi
merupakan bentuk dari penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau
bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang
dihasilkan oleh seorang merupakan refleksi tetang realitas dan manusia.
Kesadaran
menurut Sartre bersifat intensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia.
Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre
en sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana
kesadaran berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi
(ada-bagi-dirinya). Bahwa kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan adanya
perbedaan antara saya dan sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya
sadari ada jarak antara saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre
pour soi menunjuk pada manusia atau kesadaran.
Manusia adalah eter
pour soi sebab ia tidak persis menjadi satu dengan dirinya sendiri.
Tiadanya identitas manusia dengan dirinya sendiri memungkinkan manusia untuk
melampaui, untuk mengatasi dirinya dan menghubungkan benda-benda dengan dirinya
sesuai dengan yang dimaksud dan tujuannya. Ketidak identikan manusia dengan
dirinya sendiri tampak dalam kesadaran yang ditandai oleh regativitas,
penidakan. Negativitas menunjukan bahwa terhadap etre pour soi atau
kesadaran hanya dikatan it is not what it is. Maka kesadaran disini merupakan
non identitas, jarak, distansi. Kegiatan hakiki kesadaran merupakan menindak,
mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain dari pada menindak atau
menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi Sartre merupakan kesadaran menindak, dan
manusia sendiri merupakan kebebasan. Pada manusialah itu eksistensi itu
mendahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan kemungkinan untuk
mengatakan tidak. Selama manusia masih hidup ia bebas untuk mengatakan tidak,
baru setelah kematian maka cirri-ciri hidupnya dapat dibeberkan. (Alex Lanur,
Pengantar dalam “Kata-Kata”)
Kesadaran
sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu
proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia
berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman),
dan konseptual (pengertian). Secara epistemology dasar dari segala pengetahuan
manusia tahap perseptual. Sensasi tidak begitu saja disimpan di dalam ingatan
manusia, dan manusia tidak mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang
dapat diketahui pengalaman indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak
terdeferensiasikan. Kesadaran yang terdiskriminasi pada tingkatan persepsi.
Persepsi merupakan sekelompok sensasi yang secara otomatis tersimpan dan
diintegrasikan oleh otak dari suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persepsi
inilah, manusia memahami fakta dan memahami realitas. Persepsi buka sensasi,
merupakan yang tersajikan yang tertentu (the given) yang jelas pada dirinya
sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian
komponen dari persepsi tidak langsung diperoleh manusia jauh kemudian,
merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual.[1]
b. Kesadaran
Menurut Islam
Kesadaran
diri dalam al-Qur’an mengandung pengertian menemukan jati diri dengan cara
mendidik dan menghidupkan potensi-potensi fitrah dan internal yang terdapat
pada wujud dirinya dan kemudian menjiwai (memahami dengan hati) hakikat-hakikat
keberadaan dan nama-mana serta sifat-sifat Ilahi.
Kesadaran
diri memiliki tingkatan dan cabang-cabang yang beragam seperti fitrah (bawaan),
global (universal) dan irfani (sufistik) yang tingkatan sempurnanya itu adalah
kesadaran diri irfani (sufistik) yang ia telah terkait dan menyatu dengan
hubungan dan korelasi manusia dengan realitas serta kesejatian hakikinya yang
tidak lain hal itu adalah khalifatullah.
Kesadaran
diri dalam al-Qur’an mengandung pengertian menemukan jati diri dengan cara
mendidik dan menghidupkan potensi-potensi fitrah dan internal yang ada pada
wujud dirinya dan kemudian menjiwai (memahami dengan hati) hakikat-hakikat
keberadaan dan nama-mana serta sifat-sifat Ilahi. Jadi, zat atau esensi dan
substansi diri manusia terletak pada kesadaran akan jati dirinya karena
kecintaan dan kerinduannya terhadap hal itu merupakan fitrah dirinya.
Dengan
demikian, kesadaran diri memiliki tingkatan dan cabang-cabang yang beragam yang
mana tingkatan sempurnanya itu adalah kesadaran diri irfani (sufistik) yang ia
telah terkait dan menyatu dengan hubungan dan korelasi manusia dengan realitas
serta kesejatian hakikinya yang tidak lain hal itu adalah khalifatullah.[2]
c. Pentingnya
Kesadaran Dalam Menjaga Lingkungan Hidup
1.
Pengaruh lingkungan hidup pada
kehidupan manusia
Secara
khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup segenap makhluk
hidup di bumi.
Melestarikan lingkungan hidup
merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya tanggung jawab
pemerintah atau pemimpin Negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di
bumi. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup
disekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apapun usaha
kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi
generasi anak cucu kita kelak.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan
kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan
lingkungan ditindak lanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan
yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.
2.
Pembangunan berwawasan lingkungan
Pembangunan
berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara
bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan
lingkungan dikenal dengan nama “Pembangunan Berkelanjutan”. Konsep pembangunan
berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil Konferensi tingkat Tinggi (KTT) Bumi
di Rio de Jeniro, Brazil tahun 1992. Di dalamnya terkandung dua gagasan
penting, yaitu :
a. Gagasan
kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup
b. Gagasan
keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun cirri-ciri pembangunan
berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Menjamin
pemerataan dan keadilan
b. Menghargai
keanekaragaman hayati
c. Menggunakan
pendekatan integrative
d. Menggunakan
pandangan jangka panjang
Berdasarkan sifatnya, peran serta
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan lingkungan
dibedakan menjadi dua yaitu konsultatif dan kemitraan. Pola partisipatif yang
bersifat konsultatif ini biasanya dimanfaatkan oleh pengambilan kebijakan
sebagai suatu strategi untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Dalam pendekatan
yang bersifat konsultatif ini meskipun anggota masyarakat yang berkepentingan
mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan hak untuk diberitahu, tetapi
keputusan akhir tetap ada ditangan kelompok pembuat keputusan tersebut
(pemrakarsa).
Sedangkan pendekatan partisipatif
yang bersifat kemitraan lebih menghargai masyarakat lokal dengan memberikan
kedudukan atau posisi yang sama dengan kelompok pengambil keputusan. Karen
diposisikan sebagai mitra, kedua kelompok yang berbeda kepentingan tersebut
membahas masalah, mencari alternative pemecahan masalah dan membuat keputusan
secara bersama-sama.[3]
3.
Hidup sadar lingkungan : mulai dari
diri sendiri
Beberapa
tahun terakhir ini terjadi peningkatan kesadaran masyarakat dunia termasuk
Indonesia akan penting kualitas lingkungan yang lebih baik. Kemudian istilah Green
Living menjadi sangat popular, bahkan seperti sudah menjadi label dari
suatu gaya hidup di negara-negara yang sudah maju, dimana masyarakatnya sudah
sangat menyadari akan pentingnya lingkungan hidup yang sehat.
Hidup
sadar lingkungan, bukanlah sebuah tren sesaat. Hidup ramah dengan lingkungan
adalah bagian dari introspeksi diri. Seberapa banyak kita mengenal diri kita,
bisa jadi terlihat dari seberapa banyak kita mengenal lingkungan kita. Mulailah
dari hal terkecil, mengenali diri sendiri, mulai dari apa saja kebutuhan kita.
Misalnya,
ketika musim hujan datang dan banjir menggenangi lingkungan warga pun
kelimpungan. Banyak reaksi yang muncul dari dari masyarakat. Ada yang mengumpat,
pejabat kota tidak becus, parit tumpat atau kontruksi drainase yang
tidak beres. Pendek kata, kalau saat itu ada kambing warna hitam lewat, walau
tidak ada relevansinya, pasti dituding sebagai biang keladi kebanjiran. Dari
semua tudingan, tak satu pun menuding diri sendiri atau kesalahan yang datang
dari lingkungan sendiri. Bagaimana perilaku mereka sehari-hari membuang sampah
ke dalam parit atau saat membuat bangunan tempat usaha dengan cara menyemen
permukaan parit, tidak pernah terlintas dalam pikiran.
Dengan
demikian diharapkan kepedulian individu menjaga lingkungan semakin tinggi. Bila
setiap individu peduli, otomatis menciptakan komunitas masyarakat yang peduli
terhadap lingkungan. Di dalam bergotong-royong, bukan semangat individu yang
bekerja. Tapi individu yang telah bersatu dengan suasana kebersamaan yang
kental, sehingga timbullah suasana kesemarakan yang akrab penuh gembira tanpa
paksaan dalam mewujudkan kepedulian terhadap pemeliharaan lingkungan.[4]
B. Kebersihan
a. Pengertian
Kebersihan
Kebersihan
adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis
Pasteur menemukan
proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga bererti bebas dari virus, bakteria patogen, dan bahan
kimia berbahaya.
Kebersihan
adalah salah satu tanda dari keadaan hygene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan
kebersihan diri agar sehat, tidak berbau, tidak malu, tidak menyebarkan
kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, gosok gigi, mencuci
tangan, dan memakai pakaian yang bersih.[5]
b. Kebersihan
Lingkungan
Kebersihan
lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dan
merupakan unsur yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan. Yang
dimaksud dengan kebersihan lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat
sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah,
muntaber dan lainnya. Ini dapat dicapai dengan menciptakan suatu lingkungan
yang bersih, indah dan nyaman.
Di agama Islam
juga diajarkan mengenai kebersihan lingkungan mencangkup kebersihan makan,
kebersihan minum, kebersihan rumah, kebersihan sumber air, pekarangan dan
jalan. Ini semua sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yaitu kebersihan adalah
sebagian dari pada iman.
Kebersihan akan
lebih menjamin kebersihan seseorang dan menyehatkan. Kebersihan tidak sama
dengan kemewahan, kebersihan adalah usaha manusia agar lingkungan tetep sehat
terawat secara kontinyu. Bila sudah terbiasa menjaga kebersihan maka jika
melihat tempat yang tidak bersih perlu segera kita bersihkan agar hilang dari
pandangan mata. Semakin banyak kotoran yang dibiarkan menumpuk semakin tidak
baik untuk dilihat yang lebih bahaya lagi akan mendatangkan berbagai penyakit
atau wabah di sekitarnya.
Dalam hubungan
ini umat beragama dan masyarakat sekitar mutlak diperlukan dalam menciptakan
lingkungan masyarakat bersih dan sehat. Kondisi bersih sangat mendukung
kenyamanan dan menarik, sebaliknya tempat yang kotor menjadikan kondisi suram
dan menjengkelkan.
Renungkanlah
sebuah hadits Rasulullah SAW yang maksudnya ” islam itu bersih maka hendaklah
kamu suka membersihkan diri kamu, tidak akan masuk surga kecuali orang-orang
yang bersih.” (HR.Dailami)
Manfaat menjaga
kebersihan lingkungan. Kita harus tahu tentang manfaat menjaga kebersihan
lingkungan, karena menjaga kebersihan lingkungan sangatlah berguna untuk kita
semua karena dapat menciptakan kehidupan yang aman, bersih, sejuk dan sehat.
Manfaat menjaga
kebersihan lingkungan antara lain :
1.
Terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat
2.
Lingkungan menjadi lebih sejuk
3.
Bebas dari polusi udara
4.
Air menjadi lebih bersih dan aman untuk di minum
5.
Lebih tenang dalam menjalankan aktifitas sehari
hari
Masih banyak lagi manfaat menjaga kebersihan lingkungan, maka dari
itu kita harus menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan mulai dari rumah
kita sendiri misalnya rajin menyapu halaman rumah, rajin membersihkan selokan
rumah kita, membuang sampah pada tempatnya, pokoknya masih banyak lagi.
Lingkungan akan lebih baik jika semua orang sadar dan bertanggungjawab akan
kebersihan lingkungan, karena hal itu harus ditanamkan sejak dini, di sekolah
pun kita diajarkan untuk selalu hidup bersih.
Di agama islam pun kita di ajarkan untuk selalu hidup bersih,
karena kebersihan adalah sebagaian dari iman.[6]
c. Kebersihan
Lingkungan Sekolah (Pesantren)
Jika
kita memperdayakan diri untuk sama-sama menjaga kebersihan sekolah, maka kita
telah melakukan pembiasaan dan menanamkan sikap cinta kebersihan. Kita dilatih
untuk menjadi peka dan peduli dengan kebersihan lingkungan, walaupun ini akan
mengganggu konsentrasi anak. Sebaliknya kalau kita memanfaatkan petugas kebersihan,
memang lebih baik dan kebersihannya bisa terjamin dan anak tidak terganggu
konsentrasinya, namun memakan biaya besar dan menyia-nyiakan kesempatan untuk
mendidik dan membiasakan anak untuk peduli terhadap kebersihan.
Menjaga
kebersihan lingkungan dapat dimulai dari membersihkan sekolah kita tercinta.
Apabila sekolah kita bersih maka orang lain pun tidak segan untuk mencontoh
kebiasaan baik kita dalam membersihkan sekolah kita ini. Dan kita sebagai
penghuni sekolah ini juga terkena dampak positifnya yaitu kegiatan belajar
mengajar menjadi nyaman karena lingkungan sekolah kita bersih.
Sekolah
sebagai lembaga untuk mendidik dan menanamkan budaya positif memiliki fungsi
setrategis dalam mengubah cara berfikir
yang salah dari generasi ke generasi terhadap lingkungan hidup. Konsep sekolah
hijau merupakan bagiam proses pendidikan lingkungan kepada siswa yang harus
memahami pentingnya mencintai dan melestarikan lingkungan. Menanamkan kesadaran
berperilaku hidup bersih dan sehat perlu dimulai sejak di usia sekolah.
Lingkungan sekolah yang kondusif akan ikut mendorong terwujudnya pola hidup
bermutu yang pada saat ini sangat diperlukan dalam meningkatkan daya saing
bangsa dimata dunia sekaligus melestarikan kekayaan sumber daya alam hayati
Indonesia.
Ada
juga yang mengartikan Green School adalah konsep yang mengajak seluruh warga
sekolah untuk membentuk gaya hidup agar lebih peduli dan melestarikan
lingkungan. Disinilah, konsep sekolah hijau dalam menumbuhkan sikap peduli
lingkungan melalui proses pembelajaran dan pembiasaan menjadi penting dan
strategis. Di sekolah, proses pembelajaran mengarah pada upaya pembentukan
perilaku siswa yang peduli lingkungan melalui model pembelajaran yang aplikatif
dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Sementaraitu, lingkungan sekolah dijadikan
wahana pembiasaan perilaku peduli lingkungan sehari-hari. Dengan demikian,
kedua aspek tadi menuju pada satu tujuan yaitu internalisasi atau pembiasaan
perilaku peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyusunan
program sekolah hijau ini seharusnya dilakukan dengan mengaitkan seluruh
program yang ada di sekolah serta mempertimbangankan faktor pendukung dan
penghambat.
Perwujudan
sekolah hijau adalah sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis
mengembangkan program-program untuk menhinternalisasikan nilai-nilai lingkungan
dalam selruh aktivitas sekolah. Sekolah dengan visi, misi, tujuan dan kebijakan
yang mengacu pada mutu sekolah, sangat berkepentingan mewujudkan pola hidup
bermutu melalui program green school.
Sebenarnya
tidak mudaklah mudah mewujudkan kesejatian sekolah hijau karena tidak sekedar
lingkungan fisik bersih yang terlihat, namun lebih pada terbangun kesadaran
lingkungan warga sekolah yang tercermin dalam perilaku keseharian sebagai
tuntunan peningkatan mutu hidup.
Kita
yakin, lewat keluarga dan sekolah akan mampu menjadi media yang efektif dalam
menanamkan nilai-nilai luhur cinta lingkungan. Orang dan guru merupakan dua
figure yang sangat potensial untuk membangun karakter generasi hijau sebagai
pewaris masa depan.
Sekolah
hijau sangat diperlukan sekali untuk mengahadapi keseluruhan masalah-masalah
yang ada baik dari segi lingkungan maupun dari segi pendidikan. Dengan sekolah
yang berbasis lingkungan maka para peserta didik yang ikut dalam sistem
pembelajarannya peka terhadap sesuatu yang ada disekitarnya juga tangga dalam
dalam merespon segala bentuk alam yang ada didalam pandangannya. Dari aspek
lingkungan sekolah hijau sangat bermanfaat sekali bagi perbaikan dalam
polusi-polusi yang ada di dunia khususnya Indonesia. Karena dengan sekolah
hijau dapat mengurangi emisi-emisi gas atan menambah serapan air juga
bangunannya diliputi dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan karena pada
hakikatya sekolah hijau dibuat dengan penyatuan antara alam dan pendidikan.[7]
C. Sampah
a. Pengertian
Sampah
Yang
dimaksud dengan sampah adalah zat-zat berbentuk padat yang sudah tidak
berfungsi atau bahan yang tak berguna. Sebenarnya, zat-zat buangan itu bila
kita rajin mengusahakan dapat dimanfaatkan kembali.[8]
Berdasarkan
jenisnya, sampah dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut :
4. Sampah
anorganik/kering, yaitu sampah yang tidak terdegradasi secara alami. Contohnya
: logam, besi, kaleng, plastic, karet, botol dan lain-lain yang tidak dapat
mengalami pembusukan.
5. Sampah
Organik/basah, yaitu sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti
daun-daunan, sampah dapur, dan bangkai. Sampah jenis ini dapat terdegradasi
(membusuk/hancur) secara alami. Contoh : sampah dapur, sampah restoran, sisa
sayuran, rempah-rempah, atau sisa buah dan sampah yang dapat mengalami
pembusukan secara alami.
6. Sampah
berbahaya yaitu jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan
yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Contoh : baterai, botol
racun nyamuk, dan jarum suntik bekas.[9]
Berdasarkan sumbernya sampah bisa dihasilkan dari kegiatan alam
atau kegiatan manusia. Asal sampah digolongkan berdasarkan sampah yang
dihasilkan, diantaranya sebagai berikut
:
1. Sampah
dari makhluk yang sudah mati, seperti dari binatang dan tumbuh-tumbuhan.
2. Sampah
rumah tangga, sampah rumah tangga dapat berupa :
·
sampah basah yang berasal dari dapur
berupa sisa makanan, seperti sayur-sayuran, daun pisang bekas pembungkus dan
kulit buah-buahan.
·
Sampah kering, diantaranya dari
kertas dan dari bahan-bahan plastik
·
Barang-barang bekas, diantaranya
kaleng, botol, pecahan gelas dan bekas pakaian.
3. Sampah
dari kompleks perumahan
4. Sampah
dari pasar
5. Sampah
dari kompleks industry
6. Sampah
dari kota
7. Sampah
dari pedesaan [10]
b. Fenomena
Sampah
Masalah sampah merupakan fenomena
sosial yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak, karena setiap manusia
pasti memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin berdekatan dengan
sampah. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan
masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Sampah apabila tidak ditangani secara
baik dan benar dari sumber sampah, maka akan menimbulkan masalah terhadap
kesehatan, sosial, ekonomi dan keindahan.
Dewasa ini pertumbuhan penduduk khususnya di kota berjalan dengan pesat sekitar 36%, pada tahun 2020 diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 52% atau sebanyak 40 juta jiwa.
Dewasa ini pertumbuhan penduduk khususnya di kota berjalan dengan pesat sekitar 36%, pada tahun 2020 diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 52% atau sebanyak 40 juta jiwa.
Pesatnya pertumbuhan penduduk di
kota – kota besar di Indonesia selain membawa keuntungan dengan tumbuh dan
berkembangnya kota – kota menjadi pusat kegiatan ekonomi, industri, sosial dan
budaya juga membawa dampak terhadap meningkatnya biaya sosial, sehingga pada
akhirnya kawasan perkotaan akan sampai pada tingkat skala disekonomi
(kemunduran ekonomi). Hal ini merupakan akibat terjadinya kemerosotan kualitas
lingkungan hidup perkotaan berupa kebisingan, kemacetan lalu lintas, pencemaran
air, udara dan tanah yang disebabkan oleh limbah industri dan rumah tangga.
Menurut perkiraan dari Badan Pusat
Statistik (PBS) jumlah sampah pada tahun 2020 di 384 kota di Indonesia mencapai
80.235,87 ton tiap hari. Dari sampah yang dihasilkan tersebut diperkirakan
sebesar 4,2% akan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sebanyak 37,6%
dibakar, dibuang ke sungai sebesar 4,9% dan tidak tertangani sekitar 53,3%.
Dari sekitar 53,3% sampah yang tidak ditangani dibuang dengan cara tidak
saniter dan menurut perkiraan National Urban Development Srtategy (NUDS) tahun
2003 rata – rata volume sampah yang dihasilkan per orang sekitar 0,5 – 0,6
kg/hari.
Sebagai contoh Kota Medan merupakan
kota inti di Sumatera Utara mempunyai beban volume sampah yang diproduksi
penduduk sebesar 5.710 m3/hari. Dari produksi sampah tersebut yang mampu
diangkut oleh Dinas Kebersihan kota Medan baru 68%, sedangkan 32% belum
terangkut. Masalah utama sektor persampahan di kota Medan adalah masih
banyaknya illegal dumping.
Sampah sebagai hasil buangan dari
kegiatan produksi dan konsumsi manusia baik dalam bentuk padat, cair, maupun
gas merupakan sumber pencemaran lingkungan hidup yang dapat menyebabkan
disekonomi (kemerosotan ekonomi) kawasan perkotaan. Permasalahan dalam
penanganan sampah terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi dengan
kemampuan dalam pengelolaannya, volume sampah terus meningkat sejalan dengan
pertambahan penduduk, perubahan kualitas hidup dan dinamika kegiatan
masyarakat. Sampah yang tidak dikelola inilah penyebab terjadinya gangguan
kesehatan karena menjadi sarang penyakit, menjijikan dan menimbulkan bau yang
tidak sedap, banjir, pencemaran tanah, air dan berkurangnya nilai kebersihan
dan keindahan lingkungan.
Permasalahan sampah di Indonesia
antara lain semakin banyaknya limbah sampah yang dihasilkan masyarakat,
kurangnya tempat sebagai pembuangan sampah, sampah sebagai tempat berkembang
dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah,
air, dan udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan
kesehatan.
1. Penyebab
Sampah
Pembuangan sampah yang tidak
diurus dengan baik, akan mengakibatkan masalah besar. Karena penumpukan
sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan
pencemaran tanah yang juga akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian juga
pembakaran sampah akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke
sungai akan mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir
(Sicular 1989). Selain itu, Eksploitasi lingkungan adalah menjadi isu yang
berkaitan dengan pengurusan terutama sekitar kota. Masalah sampah sudah saatnya
dilihat dari konteks nasional. Kesukaran untuk mencari lokasi landfill sampah,
perhatian terhadap lingkungan, dan kesehatan telah menjadi isu utama pengurusan
negara dan sudah saatnya dilakukan pengurangan jumlah sampah, air sisa, serta
peningkatan kegiatan dalam menangani sampah.
Pertumbuhan penduduk di kota kini
semakin sulit terbendung. Berbagai masalah yang diakibatkan oleh pertumbuhan
penduduk yang memadati kota-kota besar. Salah satunya sampah. Semakin banyak
penduduk, maka akan semakin banyak pula konsumsi akan suatu barang atau produk.
Konsumsi produk kebutuhan
sehari-hari mau tidak mau menghasilkan sisa-sisa produk, yaitu sampah. Bukan
hanya sampah alam dan sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga
dan sampah spesifik juga tidak tertangani dengan baik. Kapasitas sampah rumah
tangga yang dihasilkan semakin meningkat, baik jumlah maupun ragamnya. Meski
begitu, pengelolaan sampah selama ini masih belum memadai dan cara
pengolahannya pun belum profesional. Mau tidak mau, hal ini menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Jika tidak dibarengi
dengan fasilitas pengolahan sampah atau tempat pembuangan sampah yang memadai,
maka akan menyebabkan penumpukan sampah di dalam kota, baik itu di pasar-pasar,
pinggir jalan, dan sungai. Tentu saja hal itu akan menyebabkan masalah yang
lebih besar lagi dari pada ahanya sekedar penumpukan sampah. Masalah yang akan
dihadapi adalah wabah penyakit yang akan melanda karena sampah yang menumpuk
akan mengakibatkan semakin pesat berkembangnya bakteri-bakteri penyebab penyakit.
Dan lebih parah lagi yang akan terjadi jika sampah yang dibuang ke sungai itu
menumpuk, akan mengakibatkan banjir akibat dari terhambatnya aliran sungai.
2. Akibat
yang ditimbulkan
Sudah kita sadari bahwa pencemaran
lingkungan akibat perindustrian maupun rumah tangga sangat merugikan manusia,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan perindustrian dan
teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih ditingkatkan. Namun
seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampak negatif yang tidak
sedikit.
-
Dampak terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang
kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat
dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
-
Dampak terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke
dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan
dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang dibuang ke
dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana.
Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
-
Dampak terhadap Keadaan Sosial dan
Ekonomi
Pengelolaan sampah yang kurang baik
akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang
tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
-
Memberikan dampak negatif terhadap
kepariwisataan
Pengelolaan sampah yang tidak
memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini
adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit)
dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
Pembuangan sampah padat ke badan air
dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan
umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. Pembuangan sampah padat ke dalam air dapat menyebabakan banjir dan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dll.[11]
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. Pembuangan sampah padat ke dalam air dapat menyebabakan banjir dan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dll.[11]
c. Penanggulangan
Sampah
Permasalahan
sampah sampai kapanpun tidak akan pernah berakhir, perlu adanya penanggulangan
secara serius dari semua pihak dengan pengelolaan sampah.
Pengelolaan
sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau
pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material
sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk
mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan
sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam
Praktek
pengelolaan sampah berbeda-beda antara Negara maju dengan Negara berkembang,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga
antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial
dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Metode
pengolahan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat
sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah sampah dan ketersediaan area.
Pengelolaan
sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan :
1.
Mengubah sampah menjadi material
yang memiliki nilai
2.
Mengolah sampah agar menjadi
material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup
Adapun cara pengelolaan sampah dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Penimbunan Darat
Pembuangan
sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah, cara
ini adala metode paling popular didunia.
2.
Metode Daur Ulang
Proses
pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang.
Ada beberapa cara daur ulang, diantaranya sebagai berikut :
-
Pengolahan kembali secara fisik
Cara
ini adalah cara paling popular dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan untuk digunakan kembali.
Sampah
yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minuman alumunium, kaleng baja
makanan/minuman, botol kaca, botol plastic,
kertas karton, Koran, majalah dan kardus.
-
Pengolahan biologis
a. Pengkomposan
Material
sampah (organik), seperti zat tanaman, sisa makanan bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas
methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
b. Pemulihan
energi
Kandungan
energy yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya
menjadi bahan bakar tipe lain. Daur ulang dengan cara “perlakuan panas”
bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau
memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap
dan listrik dari turbin-generator.
Adapun pengelolaan sampah
selanjutnya yang perlu kita ketahui adalah dengan menggunakan prinsip 4R, yaitu
:
1.
Reduce (mengurangi)
Sebisa
mungkin lakukan mengurangi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin
banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2.
Re-Use (memakai kembali)
Sebisa
mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian
barang-barang yang disposable ( sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
3.
Recycle ( mendaur ulang)
Sebisa
mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak
semua barabg bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industi non-formal
dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4.
Replace (mengganti)
Teliti
barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa
dipakai sekali dengan barang yang lebuh tahan lama. Juga telitilah agar kita
memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya ganti kantong
kresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoan
karena bahan ini tidak bisa diuraikan secara alami.[12]
D. Lingkungan
a. Pengertian
Lingkungan
Lingkungan
adalah suatu perpaduan antara kondisi fisik yang mencakup sumber daya seperti
tanah, air, energy surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh diatas
tanah maupun di dalam lautan.[13]
Sedangkan
menurut Banet, lingkungan adalah sejumlah rangsangan dari luar yang diterima
sejak dari kandungan hingga meninggal, sementara menurut Sartain, yang dimaksud
dengan lingkungan meliputi semua kondisi dalam dunia ini dengan cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku seseorang, pertumbuhan, perkembangan atau life
process manusia kecuali gen-gen, bahkan gen-gen dapat pula dipandang
sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Secara
tersirat Al-Qur’an menyebutkan adanya tiga jenis lingkungan yang mempunyai
pengaruh terhadap sikap seseorang. Tiga jenis lingkungan itu adalah lingkungan
alamiah, lingkungan cultural (eluarga dan masyarakat), dan lingkungan
religious.[14]
Adapun
berdasarkan UU no. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidu
lainnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
-
Unsur hayati (biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang
terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad
renik. Jika kita berada di lingkungan halaman sekolah, maka lingkungan hayati
nya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada didalam kelas, maka lingkungan
hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesame manusia.
-
Unsur sosial budaya
Unsur sosial budaya , yaitu lingkungan sosial dan budaya
yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan dan keyakinan dalam perilaku
sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat
adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota
masyarakat.
-
Unsur Fisik ( abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang
terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim dan
lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi
kelangsungan hidup segenap kehidupan dibumi.[15]
b. Lingkungan
Sekolah
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksakan program
bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu
mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual,
intelektual, emosional maupun sosial.
Hurlock
(1986 : 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadian anak (siswa) baik dalam cara berfikir, bersikap maupun
cara berperilaku.[16]
Lingkungan
diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Munib, 2005:76).
Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses
pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran
dan latihan (Tu’u, 2004:18). Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka
membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek
moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Syamsu Yusuf, 2001:54).
Lingkungan
pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau
berbagai lingkungan tempat berlangsungan proses pendidikan. Jadi lingkungan
sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan
pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa.
Menurut
Slameto (2003:64) faktor-faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup :
-
Metode mengajar
Metode
mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar.
Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang
kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa
dapat belajar dengan baik,maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat,
efisien dan efektif mungkin.
-
Kurikulum
Kurikulum
diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu
sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik akan
berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar.
-
Relasi guru dengan siswa
Proses
belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses ini dipengaruhi oleh
relasi didalam proses tersebut. Relasi guru dengan siswa baik, membuat
siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang
diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.Guru yang
kurang berinteraksi dengan siswa dengan baik menyebabkan proses
belajar-mengajar itu kurang lancar.
-
Relasi siswa dengan siswa
Siswa
yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri atau mengalami tekanan
batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah, akan
berakibat terganggunya belajar. Siswa tersebut akan malas untuk sekolah dengan
berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi demikian, siswa tersebut
memerlukan bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa
akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
-
Disiplin sekolah
Kedisiplinan
sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan
belajar.Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai
sekolah dalam bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP dalam
memberikan layanan.
Seluruh
staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat
siswa disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk
mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa belajar lebih maju, maka harus
disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan lain-lain.
-
Alat pelajaran
Alat
pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran
tersebut dipakai siswa untuk menerima bahan pelajaran dan dipakai guru waktu
mengajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat penerimaan
bahan pelajaran. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, belajar
akan lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan
lengkap sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan belajar-mengajar.
-
Waktu sekolah
Waktu
sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah. Waktu
sekolah akan mempengaruhi belajar siswa. Memilih waktu sekolah yang tepat akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Sekolah dipagi hari adalah
adalah waktu yang paling tepat dimana pada saat itu pikiran masih segar dan
kondisi jasmani masih baik.[17]
c. Program
Pendidikan Lingkungan Hidup
Salah
satu upaya untuk memupuk rasa kesadaran akan lingkungan, maka diperlukan suatu pendidikan
yang berbasis kepedulian terhadap lingkungan hidup itu sendiri. Dimana pendidikam
lingkungan hidup bersebut merupakan upaya untuk mengubah perilaku dan sikap
yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang
nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan. Semua itu pada
hakikatnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya
pelestarian dan keselamatan lingkungan generasi sekarang dan yang akan datang.
- Pendidikan
lingkungan hidup di sekolah
Pendidikan
lingkungan hidup secara khusus memiliki lima tujuan penting agar kita sebagai
siswa/santri sekaligus sebagai generasi muda mendapatkan pengetahuan dan
manfaat :
a. Kesadaran
akan lingkungan hidup
Ini
untuk membantu kita memperoleh sebuah kesadaran dan kepekaan terhadap
lingkungan dan berbagai permasalahannya, membangun kemampuan untuk merasakan
dan membedakan diantara stimulus, mengaplah, menyaring dan memperluas
pandangan-pandangan dan menggunakan dalam berbagai keadaan.
b. Pengetahuan mengenai lingkungan
Hal
ini dimaksudkan membantu kita untuk memperoleh sebuah pengertian mendasar
tentang bagaimana fungsi lingkungan, bagaimana berinteraksi dengan lingkungan,
dan bagaimana timbulnya isu-isu dan masalah yang berkaitan dengan lingkungan
dan bagaimana cara penyelesaiannya.
c. Sikap
terhadap lingkungan sekitar
Ini
untuk membantu kita memperoleh seperangkat nilai dan perasaan-perasaan
kepedulian, motivasi dan komitmen terhadap lingkungan.
d. Keterampilan
tentang permasalahan lingkungan hidup
Dalam
hal ini membantu kita memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk
mengidentifikasi dan menyelidiki permasalahan lingkungan dan berkontribusi
untuk pemecahan masalah tersebut.
e. Adanya
partisipasi untuk menjaga lingkungan hidup
Dimaksudkan
untuk membantu siswa/antri memperoleh pengalaman dalam menggunakan pengetahuan
yang mereka peroleh dan keterampilan dalam pengambilan keputusan,
tindakan-tindakan positif yang mengarah pada pemecahan isu-isu dan permasalahan
lingkungan.
Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) dan peranannnya dalam membentuk manusia yang memiliki
kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan adalah suatu keniscayaan, dalam pengertian Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) terdapat unsur pendidikan. Sementara pendidikan memeliki
pengertian suatu proses yang dapat mengubah perilaku seseorang untuk lebih
bersikap dan memiliki tata laku dan akhlak dan cerdas melalui upaya pengajaran
dan latihan. Dalam keadaan ini, memiliki sikap dan tata laku yang berakhlak dan
cerdas dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup dapat
dikategorikan sebagai pendidikan karakter karena memiliki sasaran untuk
membentuk individu yang memiliki pengetahuan, pemahaman, sikap, nilai,
keterampilan dan tanggung jawab terhadap lingkungan.[18]
BAB III
LANDASAN EMPIRIS
“Studi Kasus Tentang
Kesadaran Membuang Sampah Pada Tempatnya Di Tingkat Santri Mu’allimien PPI 04
Cianjur”
A.
Kondisi Objektif Lokasi Penelitian
a.
Identitas
Pesantren
Persatuan Islam 04 Cianjur terletak di Jalan DR. Muwardi no.171 C
b.
Visi dan Misi
·
Visi
Terwujudnya
peserta didik Tafaqquh fiddien (memahami, mendalami, dan ta’at menjalankan
syariat islam (Q.S At-Taubah : 122)
·
Misi
a)
Memberi pemahaman kepada peserta didik mengenai nash-nash Al-qur’an
dan As-sunnah
b)
Membina aqidah dan akhlak peserta didik
c)
Mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik
d)
Melatih keterampilan peserta didik melalui kegiatan kurikuler dan
ekstra kurikuler
B.
Analisis Data
Dalam menganalisis data
penulis menghubungkan data yang satu dengan data yang lainnya, kemudian di buat
kesimpulan, dari kelompok data untuk pengujian hipotesis.
Dalam pengolahan data,
penulis menggunakan perhitungan persentase (%) dari setiap Alternatif jawaban dibagi dengan keseluruhan jumlah responden kemudian
dikalikan dengan 100% atau dengan rumus :
F x 100%
N
Keterangan :
F : Frekuensi setiap Alternatif
N :
Jumlah keseluruhan hasil responden
100% :
Bilangan tetap
C.
Analisis Data Pengujian
Dan Hipotesis
a. Analisis data hasil angket
Sebagaimana penulis kemukakan langkah-langkah penelitian dan pengumpulan
data yaitu sebagai berikut :
Yang menjadi sampel penelitian adalah Masyarakat, adapun dalam
menganalisa data dari angket dapat dilihat dari persentase yaitu :
0% ditafsirkan
tidak ada
1-24 % ditafsirkan sebagain kecil.
25-49 % ditafsirkan hampir setengahnya.
50% ditafsirkan
setengahnya
51-74% ditafsirkan sebagian besar.
75-99% ditafsirkan hampir seluruhnya.
100% ditafsirkan seluruhnya.
Selanjutnya penulis lampirkan tabel hasil pengolahan angket dari
responden sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
TABEL III
No. 1 Bagaimana Menurut Saudara/I tentang keadaan lingkungan
Mua’llimien kita ?
NO.
|
Alternatif Jawaban
|
F
|
%
|
1.
|
a. Bersih dari sampah
b. Banyak sampah
c. Biasa-biasa saja
d. Tidak tahu
|
0
5
5
0
|
0
50
50
0
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas
menyatakan bahwa tidak ada (0%) responden yang menyatakan bersih dari sampah
tentang keadaan lingkungan Mu’allimien, setengah (50%) responden menyatakan
banyak sampah tentang keadaan lingkungan Mu’allimien, setengah (50%) responden menyatakan
biasa-biasa saja tentang keadaan Mu’allimien dan tidak ada (0%) responden yang
menyatakan tidak tahu tentang keadaan lingkungan Mu’allimien.
Dengan demikian
ditafsirkan setengahnya (50%) responden menyatakan banyak sampah di lingkungan
mu’allimien.
TABEL IV
No. 2 Apakah menurut Saudara/i kebersihan di lingkungan
Mu’allimien itu penting ?
NO.
|
Alternatif Jawaban
|
F
|
%
|
2.
|
a. Sangat penting
b. Biasa saja
c. Penting sekali
d. Tidak penting
|
9
0
1
0
|
90
0
10
0
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas
menyatakan bahwa hampir seluruhnya (90%) responden yang menyatakan sangat
penting kebersihan di ligkungan Mu’allimien itu penting, tidak ada (0%)
responden menyatakan biasa saja kebersihan di lingkungan Mu’allimien itu
penting, sebagian kecil (10%) responden menyatakan penting sekali kebersihan di
lingkungan Mu’allimien itu penting, dan tidak ada (0%) responden yang
menyatakan tidak penting kebersihan dil lingkungan Mu’allimien itu penting.
Dengan demikian
ditafsirkan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan sangat penting
kebersihan di lingkungan mu’allimien.
TABEL V
No. 3 Apakah setiap guru
suka mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan ?
NO.
|
Alternatif Jawaban
|
F
|
%
|
3.
|
a. Selalu mengingatkan
b. Tidak pernah mengingatkan
c. Pernah mengingatkan
d. Tidak tahu
|
4
0
6
0
|
40
0
60
0
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas
menyatakan bahwa hampir setengahnya (40%) responden yang menyatakan guru selalu
mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan, tidak ada (0%) responden
menyatakan guru tidak pernah mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan,
sebagian besar (60%) responden menyatakan guru pernah mengingatkan untuk selalu
menjaga kebersihan, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak tahu
guru suka mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan.
Dengan demikian
ditafsirkan sebagian besar (60%) responden menyatakan guru pernah mengingatkan
untuk selalu menjaga kebersihan.
TABEL VI
No. 4 Bagaimana
seandainya saudara/I belajar dengan keadaan lingkungan bersih ?
NO.
|
Alternatif Jawaban
|
F
|
%
|
4.
|
a. Sangat nyaman sekali
b. Biasa saja
c. Nyaman
d. Tidak nyaman
|
9
0
1
0
|
90
0
10
0
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas
menyatakan bahwa hampir seluruhnya (90%) responden yang menyatakan sangat
nyaman sekali belajar dengan keadaan lingkungan bersih, tidak ada (0%)
responden menyatakan biasa saja belajar dengan keadaan lingkungan bersih,
sebagian sebagian kecil (10%) responden menyatakan nyaman belajar dengan
keadaan lingkungan bersih, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak
nyaman belajar dengan keadaan lingkungan bersih.
Dengan demikian
ditafsirkan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan sangat nyaman sekali
belajar dengan keadaan lingkungan bersih.
TABEL VII
No. 5 Apabila saudara/i
melihat teman sedang membuang sampah bukan pada tempatnya, bagaimana seikap
saudara/i melihat seperti itu ?
NO.
|
Alternatif Jawaban
|
F
|
%
|
5.
|
a. Menegurnya
b. Membantunya
c. Membiarkannya
d. Tidak tahu
|
9
1
0
0
|
90
10
0
0
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas
menyatakan bahwa hampir seluruhnya (90%) responden yang menyatakan menegur
teman yang membuang sampah bukan pada tempatnya, sebagian kecil (10%) responden
menyatakan membantu teman yang membuang sampah bukan pada tempatnya, tidak ada (0%)
responden menyatakan membiarkan teman yang sedang membuang sampah bukan pada
tempatnya, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak tahu sikap jika
melihat teman yang membuang sampah bukan pada tempatnya.
Dengan demikian
ditafsirkan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan akan menegur jika
melihat teman yang membuang sampah bukan pada tempatnya.
TABEL VIII
No. 6 Bagaimana sikap
saudara/i jika melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah ?
NO.
|
Alternatif Jawaban
|
F
|
%
|
6.
|
a. Membiarkannya
b. Menyuruh teman yang piket
c. Langsung membersihkannya
d. Tidak tahu
|
0
4
5
1
|
0
40
50
10
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas
menyatakan bahwa tidak ada (0%) responden yang menyatakan membiarkan sampah
berserakan di lingkungan sekolah, hamper setengahnya (40%) responden menyatakan
akan menyuruh teman yang piket jika melihat sampag berserakan di lingkungan sekolah,
setengahnya (50%) responden menyatakan akan langsung membersihkannya jika
melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah, dan tidak ada (0%) responden
yang menyatakan sikap tidak tahu jika melihat sampah berserakan dilingkungan
sekolah .
Dengan demikian
ditafsirkan setengahnya (50%) responden menyatakan akan langsung
membersihkannya jika melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah.
TABEL IX
No. 7 Apakah saudara/i
ingin melihat dan merasakan sekolah kita bersih ?
NO.
|
Alternatif Jawaban
|
F
|
%
|
7.
|
a. Sangat ingin sekali
b. Biasa saja
c. Ingin sekali
d. Tidak tahu
|
3
3
4
0
|
30
30
40
0
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas
menyatakan bahwa hampir setengahnya (30%) responden yang menyatakan sangat
ingin sekali melihat dan merasakan sekolah kita bersih, hampir setengahnya
(30%) responden menyatakan biasa saja keinginan melihat dan merasakan sekolah
kita bersih, hampir setengahnya (40%) responden menyatakan ingin sekali
melihat dan merasakan sekolah kita
bersih, dan tidak ada (0%) responden yang menyatakan tidak tahu keinginan
melihat dan merasakan sekolah kita bersih.
Dengan demikian
ditafsirkan hampir setengahnya (40%) responden menyatakan ingin sekali melihat dan merasakan sekolah
kita bersih.
TABEL X
No. 8 Apakah saudara/i
sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari Iman ?
NO.
|
Alternatif Jawaban
|
F
|
%
|
8.
|
a. Sadar
b. Biasa saja
c. Kadang-kadang
d. Tidak sadar
|
9
0
1
0
|
90
0
10
0
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas
menyatakan bahwa hampir seluruhnya (90%) responden yang menyatakan sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari
iman, tidak ada (0%) responden menyatakan biasa saja kedasarannya bahwa
kebersihan itu sebagian dari Iman, sebagian kecil (10%) responden menyatakan
kadang-kadang sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari Iman, dan tidak ada (0%)
responden yang menyatakan tidak sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari Iman.
Dengan demikian
ditafsirkan hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan sadar bahwa kebersihan
itu sebagian dari Iman
TABEL XI.
No. 9 Kegiatan apa yang
sering di lakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah ?
NO.
|
Alternatif Jawaban
|
F
|
%
|
9.
|
a. Piket bersama
b. Diam saja
c. Piket masing-masing kelas
d. Tidak pernah
|
7
0
3
0
|
70
0
30
10
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas
menyatakan bahwa sebagian besar (70%) responden yang menyatakan piket bersama
kegiatan yang sering dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah,
tidak ada (0%) responden menyatakan diam saja kegiatan yang sering dilakukan untuk
menjaga kebersihan lingkungan sekolah, hampir setengahnya (30%) responden
menyatakan piket masing-masing kelas kegiatan yang sering dilakukan untuk
menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan tidak ada (0%) responden yang
menyatakan tidak pernah mengadakan kegiatan untuk menjaga kebersihan lingkungan
sekolah.
Dengan demikian
ditafsirkan sebagian besar (70%) responden menyatakan piket bersama adalah kegiatan
yang sering dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
TABEL XII
No. 10 Menurut pendapat
saudara/i, apakah para guru suka menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien ?
NO.
|
Alternatif Jawaban
|
F
|
%
|
10.
|
a. Sering
b. Selalu
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
|
1
3
6
0
|
10
30
60
0
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Tafsiran Sementara
Tabel tersebut diatas
menyatakan bahwa sebagian kecil (10%) responden yang menyatakan para guru
sering menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien, hampir setengahnya (30%)
responden menyatakan para guru selalu menjaga kebersihan lingkungan
Mu’allimien, sebagian besar (60%) responden menyatakan para guru kadang-kadang
menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien, dan tidak ada (0%) responden yang
menyatakan para guru tidak pernah menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien.
Dengan demikian
ditafsirkan sebagian besar (60%) responden menyatakan pendapatnya para guru
kadang-kadang menjaga kebersihan lingkungan Mu’allimien.
TABEL XIII
Hasil Pengolahan Data
No.
|
Tabel
|
Hasil Pengolahan Data
|
1
|
III
|
Hasil pengolahan data tabel III menunjukan setengahnya (50%)
responden menyatakan banyak sampah di lingkungan mu’allimien.
|
2
|
VI
|
Hasil pengolahan data tabel VI menunjukan hampir seluruhnya
(90%) responden menyatakan sangat penting kebersihan di lingkungan
mu’allimien.
|
3
|
V
|
Hasil pengolahan data tabel V menunjukan sebagian besar (60%)
responden menyatakan guru pernah mengingatkan untuk selalu menjaga
kebersihan.
|
4
|
VI
|
Hasil pengolahan data tabel VI menunjukan hampir seluruhnya
(90%) responden menyatakan sangat nyaman sekali belajar dengan keadaan
lingkungan bersih.
|
5
|
VII
|
Hasil pengolahan data tabel VII menunjukan hampir seluruhnya
(90%) responden menyatakan akan menegur jika melihat teman yang membuang
sampah bukan pada tempatnya
|
6
|
VIII
|
Hasil pengolahan data tabel VIII bahwa setengahnya (50%)
responden menyatakan akan langsung membersihkannya jika melihat sampah
berserakan di lingkungan sekolah.
|
7
|
IX
|
Hasil pengolahan data tabel IX
hampir setengahnya (40%) responden menyatakan ingin sekali melihat dan merasakan sekolah
kita bersih.
|
8
|
X
|
Hasil pengolahan data tabel X hampir seluruhnya (90%) responden
menyatakan sadar bahwa kebersihan itu sebagian dari Iman
|
9
|
XI
|
Hasil pengolahan data tabel XI sebagian besar (70%) responden
menyatakan piket bersama adalah kegiatan yang sering dilakukan untuk menjaga
kebersihan lingkungan sekolah.
|
10
|
XII
|
Hasil pengolahan data tabel XII sebagian besar (60%) responden
menyatakan pendapatnya bahwa para guru kadang-kadang menjaga kebersihan
lingkungan Mu’allimien.
|
Dengan demikian Hipotesis yang berbunyi “ ” Hipotesis
tersebut telah teruji serta terbukti kebenaranya.
D.
Analisa data dan pengujian Hipotesis
a. Analisa data
Sebagaimana
penulis kemukakan langkah-langkah penelitian dan pengumpulan data yaitu sebagai
berikut :
Yang menjadi sampel penelitian
yaitu : Santri-santri Mu’allimien Pesantren Persatuan Islam 04 Cianjur kelas X
& XI.
Berdasarkan pengolahan data diatas,
ternyata santri-santri Mu’allimien
Pesantren Persatuan Islam 04 Cianjur kelas X & XI mempunyai kesadaran yang
tinggi tentang pentingnya kebersihan di lingkungan Mu’allimien. Namun seperti
kontradiktif dengan hasil jawaban no. 1 yang setengah respondennya menyatakan
bahwa di lingkungan Mu’allimien masih banyak sampah. Jadi dapat disimpulkan
kesadaran mereka hanya sebatas pemahaman, belum mencapai ke perilaku (kelakuan)
dengan hasil jawaban no.6 yang setengahnya menyatakan akan langsung
membersihkan jika melihat sampah berserakan dan masih ada yang bergantung pada
teman yang piket.
b. Pengujian Hipotesis
Setelah pegumpulan data dari
responden dengan memberikan penafsiran sementara analisa data, maka sampailah
kepada buah Hipotesis yaitu sebagai berikut :
E. Pembahasan hasil penelitian
Data yang di peroleh tentang
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN-SARAN
DAFTAR PUSTAKA
-
www.islamquest.net/id/archive/question/fa14340
-
Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan Hidup, Angkasa,
Bandung, 2013
-
id.wikipedia.org/wiki/Kebersihan
-
sintadayatri.wordpress.com/.../arti-dan-manfaat-kebersihan-lingkungan/
-
Saefuddin, Sampah & Penggulangannya, Titian Ilmu,
Bandung, 2013
-
E. Derwanti, Sampah Jadi Uang, Saka Mitra Kompetensi
-
biosbarti.wordpress.com/2013/03/24/masalah-sampah/
-
Dr. Nurwadjah Ahmad E.Q, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Marja,
Bandung, 2010
-
Aminudin, Menjaga Lingkungan Hidup Dengan Kearifan Lokal, Titian
Ilmu, Bandung, 2013
-
Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak
& Remaja, Rosda, Bandung
[1] id.wikipedia.org/wiki/Kesadaran
[2] www.islamquest.net/id/archive/question/fa14340
[3] Aminudin, Menjaga Lingkungan Hidup dengan Kearifan Lokal, Titian
Ilmu, Bandung, 2013, hal 1-5
[4] Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan Hidup, Angkasa,
Bandung,2013 hal 13-15
[6] sintadayatri.wordpress.com/.../arti-dan-manfaat-kebersihan-lingkungan/
[7] Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan, Angkasa,
Bandung, 2013, hal 60-64
[8] Saefuddin, Sampah & Penggulangannya, Titian Ilmu,
Bandung, 2013, hal 2
[9] E. Derwanti, Sampah Jadi Uang, Saka Mitra Kompetensi, hal 1
[10] Saefuddin, Sampah & Penggulangannya, Titian Ilmu,
Bandung, 2013, hal 9-17
[12] Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan hidup, Angkasa,
Bandung, 2013 hal 49-54
[13] Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan, Angkasa,
Bandung, 2013, hal 2
[14] Dr. Nurwadjah Ahmad E.Q, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Marja,
Bandung, 2010, hal 128
[15] Aminudin, Menjaga Lingkungan Hidup dengan Kearifan Lokal, Titian
Ilmu, Bandung, 2013, hal 2-3
[16][16] Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak
& Remaja, Rosda, Bandung , Hal 54
[18] Aminudin, Membentuk Pribadi Sadar Lingkungan Hidup, Angkasa,
Bandung, 2013, hal 3-4
Las Vegas Sands Casino - Shootercasino.com
BalasHapusLas Vegas Sands Casino is a unique casino and resort offering the most 더킹카지노 authentic gaming and entertainment experience in Vegas. 카지노 This 샌즈카지노 casino is open daily